[caption id="attachment_370427" align="aligncenter" width="624" caption="Lima gol bunuh diri warnai laga PSS vs PSIS yang digelar di stadion Ssana Krida Sleman, Minggu 26 Oktober 2014. (Tribun Jateng)"][/caption]
Kasus "dagelan" PSS Sleman vs PSIS semarang atau 'sepak bola gajah', mengundang tanggapan negatif dan kritikan tajam dari pecinta sepak bola Tanah Air. Namun, PSSI selaku induk organisasi sepak bola indonesia tidak hanya tinggal diam menyikapi skandal yang sekali lagi telah mencoreng nama persepakbolaan Indonesia.
PSSI melalui Komisi Disiplin telah memanggil dan menindak tegas kedua tim yang bermasalah beserta wasit yang memimpin pertandingan tersebut. Komdis PSSI menjatuhkan sanksi dengan mendiskualifikasi PSS dan PSIS dari divisi utama dan merekomendasikan komite wasit agar wasit Hulman Simangunsong dinonaktifkan. Tidak hanya itu saja, Komdis PSSI juga masih akan terus menyelidiki kasus tersebut dan mengisyaratkan akan menjatuhkan sanksi larangan bermain seumur hidup bagi pemain-pemain kedua tim yang secara sengaja melakukan gol bunuh diri. Selain itu, PSSI juga telah menyampaikan permintaan maaf lewat situs resmi PT. Liga Indonesia, melalui Ketua Komdis PSSI Hinca Panjaitan, "Kami atas nama PSSI menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh masyarakat, terkait hasil pertandingan PSS vs PSIS."
Dengan pemberian sanksi oleh PSSI terhadap kedua tim dan semua elemen yang bermasalah dalam skandal sepak bola gajah itu, dan telah disampaikannya permintaan maaf oleh PSSI, bukan berarti kasus skandal ini akan berlalu begitu saja. "Dagelan" atau sepak bola gajah ini telah sampai ke telinga publik asing dan telah dimuat pemberitaannya di media-media asing.
Tercatat, sudah 4 media asing yang telah mempublikasikan 'borok' persepakbolaan Indonesia ini. Di antaranya Guardian, Daily Mail, 101greatgoal, dan Bleacher Report. Berita yang dimuat oleh Guardian menuliskan seperti berikut: "Sebuah pertandingan di level kedua Indonesia menjadi tontonan yang penuh lelucon di akhir pekan lalu saat lima gol bunuh diri tercipta dalam upaya menghindari klub yang diduga didukung oleh mafia lokal," demikian Guardian membuka beritanya yang diberi judul " Indonesian teams under scrutiny after scoring fiive own goals".
Sialnya, berita yang dimuat oleh media-media asing tersebut, bukan yang pertama kalinya, seperti media Guardian yang pernah juga memuat berita tentang perkelahian, kekacauan, sepak bola gajah dan dualisme liga dalam sepak bola Indonesia. Dengan dimuatnya kembali tentang 'sepak bola gajah' oleh media asing, skandal ini bukan rahasia lagi yang bisa disembunyikan ke publik sepak bola dunia, atau bahkan hingga ke telinga induk federasi sepak bola dunia, FIFA. Dan sesuatu yang akan fatal bagi persepakbolaaan Indonesia sendiri karena seperti diketahui bersama, FIFA pernah menyoroti sepak bola Indonesia dan memberikan teguran terkait hal-hal negatif yang pernah terjadi di persepakbolaan indonesia.
Apa yang sebelum-sebelumnya kurang 'mengerikan' dan tidak memberi kesadaran bagi pesepak bola, klub, dan PSSI sendiri ? Apa mereka tidak mau tahu bahayanya jika FIFA sampai turun tangan dan menindak tegas sepak bola Indonesia hingga berujung pembekuan ke depannya nanti?
Sudahlah, berhentilah kalian bermain 'api' dan berhentilah kalian menjadi 'pembuat onar' dalam sepak bola Indonesia. Jangan pernah dengarkan atau menuruti kemauan 'mafia-:mafia' tengik itu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H