Pasca di umumkannya ke-17 nama anggota tim transisi oleh Menpora semalam, lantas menimbulkan pertanyaan tentang beberapa nama yang di nilai tak pernah terlibat dalam urusan sepakbola. Apalagi, ada satu nama yang paling menuai kontra, dialah Tommy Kurniawan yang notabene berlatar belakang sebagai seorang artis.
Tommy sebenarnya tak pantas bersanding dengan 16 nama lainnya yang sudah matang usia. Meskipun Tommy seorang pecinta sepakbola dan sering juga bermain sepakbola, tapi itu tak seharusnya di jadikan tolak ukur bagi Menpora untuk memasukkan nama Tommy ke dalam tim tersebut. Belakangan di ketahui, bahwa Tommy juga mulai terjun ke dunia politik bersama PKB, walaupun di anggap kredibel dan tak memiliki hubungan dengan konflik masa lalu, tapi rasanya kurang srek jika harus ada Nama Tommy dalam 17 nama anggota tim transisi.
Selain itu, dari tim sembilan yang sebelumnya juga pernah di bentuk oleh Menpora untuk sepakbola Indonesia, hanya menyisakan nama mantan Pemain Timnas Indonesia Ricky Yacobi yang kembali di percaya masuk ke dalam tim transisi. Ricky menjadi satu-satunya nama dalam anggota tim tersebut yang begitu dekat dengan dunia sepakbola, selebihnya nama-nama lain meskipun pernah dekat dengan sepakbola, tapi hanya sebatas di belakang layar. Dan pengetahuan mereka tentang sepakbola pun patut untuk di pertanyakan.
Saya bukannya tidak menaruh respek pada tim bentukan Menpora dan 17 nama yang telah terpilih ini untuk perubahan sepakbola indonesia yang jauh lebih baik. Tapi melihat 4 tugas utama yang di di berikan Menpora terhadap tim transisi, rasanya tak semudah membalikkan tangan untuk di jalankan. Menggantikan peran PSSI yang di bekukan pasti akan mendapat banyak tentangan dari klub-klub peserta Liga Indonesia, Memastikan pengiriman Timnas Indonesia berjalan di semua even belum tentu terealisasi jika FIFA dan AFC tak mengakui, memastikan Kompetisi berjalan mungkin saja bisa tapi dengan nuansa yang berbeda rasanya "gak asyik", untuk tugas yang terakhir tinggal tunggu saja bagaimana tanggapan dan keputusan FIFA nantinya.
Saya sudah mengenal dan menjadi penyimak sepakbola sejak kelas 6 SD (tapi bukan Liga Indonesia). Saya hanya heran saja, mengapa dari 17 nama tersebut, tak ada satupun nama seorang tokoh wartawan sepakbola yang pengetahuan dan wawasannya tentang sepakbola tak perlu di ragukan lagi, juga masuk kedalam tim tersebut. Dan Mengapa satu tempat harus diisi oleh seorang artis ?
Dalam tim sembilan sebelumnya, memang sudah ada satu nama wartawan senior yaitu Budiarto Shambazy, namun beliau mengundurkan diri karena tak mendapatkan restu dari Kompas. Apa Menpora lupa atau tak mengenal sosok M. Kusnaeni yang akrab di sapa "Bung Kus" ?, beliau juga wartawan senior, komentator dan orang yang lama mengerti banyak tentang dunia sepakbola. Meski beliau pernah terlibat dalam Kompetisi IPL sebagai CEO klub Bandung FC, toh Pak FX Hadi Rudyatmo dan Persis solonya juga pernah di IPL, dan Pak Saut H Sirait dulunya adalah anggota komite etik PSSI di bawah Arifin Panigoro. Dan tak ada salahnya, malah akan lebih menarik jika Bung Kus masuk ke dalam tim transisi.
Tugas untuk menghadap dan berdialog dengan FIFA membahas masalah dan perubahan tentang organisasi sepakbola indonesia menurut saya, harusnya orang-orang yang benar-benar mengerti seperti Bung Kus. Mulai dari pengelolaan kompetisi, pembinaan usia dini, dan semuanya yang berkaitan dengan dunia sepakbola, Bung Kus pasti paham akan semua itu.
So, Bukan hanya orang-orang profesional dari segala bidang yang di kumpulkan jadi satu, tapi cukup dengan satu tokoh yang mengerti kemana arah yang benar sepakbola kita akan di bawa, dan apa, juga dimana sepakbola kita semestinya berpijak. Dan mohon, jangan buat tim transisi yang di bentuk untuk merubah sepakbola indonesia seperti susunan kabinet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H