Seakan mendekati kenyataan, saat penulis pernah menuliskan artikel tentang salah satu klub asal ibukota Italia, Lazio. Yang tampil begitu mengejutkan hingga paruh musim januari kemarin, dan performa Lazio itu terus berlanjut hingga pekan ke-30 Serie A. Penulis telah menceritakan dalam tulisan yang pernah dibuat, betapa "menegrikannya" skuad Lazio di akhir 90-an hingga awal 2000-an dan berhujung pada pencapaian terbaik mereka yang menjadi scudetto pada musim 1999/2000. Dalam era yang penulis sebutkan itu, Lazio dihuni oleh pemain-pemain bintang semisal Alessandro Nesta, Juan Sebastian Veron, Marcelo Salas, Pavel Nedved dan masih banyak lagi nama-nama beken di kubu Lazio kala itu.
Menjadi finalis UEFA Cup tahun 1998, Menjuarai Winners Cup 1999, Merebut Piala Super Eropa 1999, Meraih Scudetto 1999/2000, dan menembus perempatfinal Liga Champions 1999 silam, telah menitipkan pesan dan kesan hingga saat ini bahwa klub yang berjuluk Biancoceleste itu pernah menjadi klub yang telah "mengkhawatirkan" pesaing-pesaingnya di Serie A. Namun catatan itu hanya sekedar menjadi sejarah yang memang akan selalu di kenang semasa nama Sergio Cragnotti masih memegang kekuasaannya di Lazio. Lazio terhempas jauh dari namanya yang besar karena dinyatakan bangkrut di tahun 2002 dan mayoritas keungan Lazio dikontrol oleh manajemen keuangan sementara bersama Bank. Itulah yang menjadi penyebab Lazio harus terpaksa menjual semua pemain-pemain bintangnya yang telah membantu mengantarkan klub tersebut meraih prestasi.
Meskipun beberapa musim terakhir hanya berstatuskan klub medioker setelah diambang kepailitan, Lazio masih tetap bisa menggondol 4 trofi yakni Coppa Italia (2003/2004, 2008/2009, 2012/2013) dan Piala Super Italia (2009). Tapi kualitas dan level skuad Lazio dalam beberapa musim terakhir ini tak lagi sama dan jauh berbeda dari skuad yang pernah berstatuskan "super elit" semasa kejayaan dinasti Cragnotti. Nama-nama seperti Hernanes, Candreva, Ledesma dan Anderson yang cahayanya mulai mengkilau di Lazio, justru mendatangkan banyak tawaran dan godaan dari klub-klub besar Italia hingga Eropa. Lazio terancam bakal kehilangan pemain-pemain andalannya lagi, setelah sekian musim lamanya bersusah payah untuk kembali menjadi klub yang patut diperhitungkan di Serie A.
Apalagi, Lazio saat ini berhasil menggulingkan klub rival sekotanya, As Roma dari posisi Runner up. Itu merupakan sebuah peringatan bahwa Lazio kini telah kembali muncul sebagai klub yang "membuat takut" pesaing-pesaingnya dengan skuad yang apa adanya dan biasa-biasa saja. Jika Lazio masih terus konsisten hingga akhir musim, posisi runner up yang sedang di genggam itu, akan membawa sinyal bahaya ke benua biru bahwa klub yang pernah bangkrut itu kini telah bangkit kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H