Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin/Kompasiana(Kompas Images/Roderick Adrian Mozes)
Lengkap sudah kegagalan Timnas Indonesia diberbagai level. Timnas senior, menelan dua kali kegagalan dengan tersingkir dari kualifikasi piala asia akhir tahun lalu, dan Terancam pulang lebih awal dari penyisihan Grup A piala Aff 2014. Sedangkan di level U-23, juga gagal membawa pulang emas di Sea games 2013, dan menjadi bulan-bulanan di Asian Games incheon 2014 meskipun penuhi target lolos ke babak 16 besar. Sementara di Level junior U-19, yang sempat memberikan harapan besar bagi persepakbolaan dengan meraih gelar juara Aff U-19, justru terkapar dengan menelan 3 kali kekalahan di Piala Asia U-19.
Dengan demikian, praktis tak ada lagi yang dinanti-nantikan oleh pecinta sepakbola indonesia ditahun 2014 ini. Selain menyisakan satu harapan lagi pada timnas U-23 yang akan mewakili indonesia di Sea Games 2015 mendatang. Namun, sepertinya indonesia bakal kembali menjadi kontestan pelengkap saja di Sea Games 2015. Sebab ada timnas Thailand dan juga vietnam yang tiap tahunnya semakin kuat, belum lagi myanmar dan Filiphina yang juga telah jauh berkembang.
Untuk Menyikapi kegagalan sepakbola indonesia, sudah semestinya dilakukan perubahan besar-besaran dalam tubuh PSSI, mulai dari Ketum, Waketum, Sekjen, Ketua BTN dan semua muka-muka lama yang urung memberikan prestasi mentereng bagi timnas indonesia. Karena wajar jika kegagalan berturut-turut ini lantas mengkambing hitamkan PSSI. Induk federasi sepakbola sebuah negara jelas berpengaruh besar dalam perkembangan timnas sepakbolanya. Seperti beberapa negara di ASEAN, lihatlah Vietnam, Filiphina dan Bisa jadi Timor Leste. Induk sepakbola negara-negara tersebut begitu serius mengurusi masa depan sepakbolanya dan tidak stagnan.
Vietnam butuh bertahun-tahun hingga bisa menjadi salah satu tim yang di segani di asia tenggara selain Indonesia dan Thailand. Sekarang, semua orang tau jika sepakbola vietnam adalah yang terbaik kedua di bawah Thailand. Lalu, muncul filiphina yang dengan kengototannya mampu menciptakan sebuah timnas sepakbola kuat dalam 4 tahun terakhir ini. Satu nama yang perlu diwaspadai juga oleh indonesia adalah Timor leste, sekarang ini nasib timor leste serupa dengan vietnam, filiphina dan Laos dimasa lalu. Tapi, jika dilihat dari federasi sepakbolanya yang mulai merekrut pemain-pemain naturalisasi berdarah Brasil dan Portugal. Hmm, bisa jadi dalam 3 tahun kedepan mereka pun akan mengejutkan sepakbola ASEAN.
Faktor-faktor Penunjang dan Penurunan Kualitas Sepakbola Indonesia
Dasar sebuah negara dalam mengembangkan persepakbolaannya yang paling terutama adalah pembinaan usia dini. Tapi, proses itu bisa dikatakan sudah ditekuni oleh PSSI, bahkan sepakbola level junior indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara. Lihatlah di level U-12, 2 tahun berturut-turut indonesia menempati peringkat 8 besar dunia di Piala danone (piala dunianya kelompok umur U-12). Juga di Level menengah U-17 dan U-19 belakangan ini, yang mana indonesia menyabet trophy turnamen HKFA dan Juara Piala Aff U-19 2013.
Tapi begitu menanjak hingga ke level menengah atas U-23 dan senior, Indonesia malah mengalami penurunan dari segi kualitas permainan hingga masalah stamina. Jika semua menganggap kegagalan sepakbola indonesia di level asia tenggara hingga di level asia karena faktor kompetisi, rasanya itu adalah sebuah kekeliruan. Kompetisi sepakbola indonesia lah yang paling rutin dan paling berprestasi juga memiliki atmosfer terhebat diantara negara-negara asia tenggara lainnya seperti kompetisi Vietnam, Malaysia dan Filiphina.
Bahkan sempat ada wacana dari PT. LI yang merencanakan untuk mengurangi kuota Pemain asing lagi di Kompetisi ISL, padahal sudah diberlakukan kuota tersebut sejak final ISL kemarin. Satu pendapat saya, jika melakukan pengurangan kuota pemain asing apa langsung bisa melahirkan kualitas-kualitas pesepakbola asli indonesia menjadi lebih baik?? Wong banyak pemain asing saja tidak mengalami perkembangan, bagaimana nanti jika sedikit pemain asing ?? Filiphina yang tidak memiliki liga bagus saja dalam 4 tahun bisa menjadi calon penguasa ASEAN. Memang sih, dibalik timnas filiphina yang sekarang kuat ini adalah proses instan, karena lebih memprioritaskan pemain-pemain naturalisasinya untuk memperkuat timnas filiphina. Tapi, kalau di indonesia masih banyak yang beranggapan demikian, apa mereka tidak sadar dengan hal serupa yang juga dilakukan oleh PSSI ?? Dan kenapa PSSI dalam melakukan naturalisasi terlihat hanya setengah hati, mengambil pemain berkebangsaan luar dengan kualitas biasa-biasa saja. Inilah yang membuat timnas sepakbola indonesia terus di olok-olok dan dijadikan bahan ledekan oleh negara-negara asia tenggara lainnya.
Filiphina memang menggunakan 19 pemain naturalisasi dari 23 pemainnya yang terdaftar di Piala Aff 2014. Tapi, semua pemain naturalisasinya itu memiliki darah filiphina asli. Berbeda dengan indonesia yang masih menggunakan jasa Christian gonzales yang tidak memiliki darah indonesia dan dari segi usia pemain sepakbola pun sudah cukup tua. Sementara Sergio van dijk dan Raphael Maitimo memang berdarah indonesia, tapi secara kualitas tidak lebih bagus dari pesepakbola asli indonesia. Selain itu, pengurus-pengurus PSSI juga tidak tahu menahu soal perkembangan sepakbola. Pelatih yang membesut timnas indonesia selalu itu-itu saja, dan masih dari lingkup persepakbolaan indonesia. Tidak cukup dana kah atau kurang mengerti sepakbola kah untuk mencari sendiri pelatih-pelatih hebat di luar negeri sana yang cocok dengan fisik pemain-pemain indonesia ??
Sudahlah, jika saya terus menggali permasalahan sepakbola indonesia setelah berturut-turut menelan kegagalan, pasti masih bakal panjang lagi tulisan ini..toh, tetap tak ada artinya dimata PSSI biarpun membaca tulisan ini,,jadi sekedar saran saja buat pengelola Kompasiana, sepertinya sudah layak nih ada Acara nangkring bersama PSSI dan antek-anteknya. Alangkah bagusnya jika kita yang menulis di kanal bola ini bisa bersama-sama dengan kompasiana turut membangun sepakbola indonesia yang lebih baik lewat saran dan kritik. Apalagi kalau bisa bertatap langsung dengan perwakilan dari PSSI. Hmm, asal gak ada yang emosian saja..hehe