Mohon tunggu...
Abdul al fajarani
Abdul al fajarani Mohon Tunggu... -

sehat, tinggi 155cm, berat 55

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dinamika Pesantren pada Arus Zaman

1 September 2016   16:33 Diperbarui: 1 September 2016   16:41 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika pesantren merupakan frase yang terbentuk dari kata dasar dinamika dan pesantren. Dinamika adalah kegiatan; keadaan, pengertian ini mengacu terhadap ”Kamus Ilmiah Populer” miliknya Pius Partanto dan M. Dahlan Al-barry yang diterbitkan oleh penerbit Arkola Surabaya. Sedangkan makna kata pesantren berasal dari kata dasar santri yang mendapat afiks (imbuhan) pe-an, maknanya: orang yang mengkaji islam. Pengertian ini berdasarkan pada “Kamus Bahasa Indonesia- Memuat arti bahasa dan Istilah-istilah dalam Bahasa Indonesia” yang kami temukan tercecer disudut kamar. Kata pesantren jika mengacu pada “Kamus Ilmiah Popular” dimaknai denganperguruan pengajian islam.

Dalam kaidah gramatika bahasa Indonesia yang baik dan benar dijelaskan bahwa frase merupakan dua kata yang terkumpul dengan memiliki pola DM/MD (diterangkan-menerangkan/ menerangkan-diterangkan). Pada frase dinamika pesantren menurut pandangan kami menggunakan pola MD sehingga dapat diartikan dengan kejadian-kejadian yang menimpa terhadap pesantren. 

Dalam hal ini kami berpijak pada kejadian-kejadian beberapa tahun terakhir ini (kurang lebih 10 tahun yang lalu) hingga saat ini. Kata santri pada dunia kehidupan modern ini selalu diasosiasikan dengan sebuah komunitas yang tidak tersentuh mederenitas dan selalu menutup diri dari kehidupan modern yang dinamis dan terus berkembang. sehingga masyarakat memandang bahwa kaum pesantren cendrung  kolot dan bahkan fundamental. 

Dalam Uraian di atas begitu jelas, bahwa yang di maksud disini yaitu pesantren salaf. Namun dipandang dari kaca mata sejarah islamisasi di Indonesia khususnya ditanah jawa ini, pesantren memiliki pengaruh yang sangat besar. Sehingga islam dapat berkembang dan meluas dengan pesat dengan mudah pada seluruh plosok negeri. 

Hal ini dilakukan dengan tujuan mentranfer ilmu oleh para ulama dengan membentuk halaqoh atau mendirikan tempat menginap bagi para santri yang belajar agama islam. Raden Rahmat atau yang lebih kita kenal dengan Sunan Ampel merupakan perintis yang menggunakan metode pesantren sebagai bentuk usaha beliau untuk menyebarkan agama islam di tanah Jawa. Metode ini membuahkan hasil yang cukup cemerlang diantaranya kerajaan islam Demak yang memiliki gelar Sultan Amiril Mukminin Raden Fatah merupakan lulusan dari lembaga pesantren.

Metode kepesantrenan ini terus menerus berkembang mengikuti perkembangan zaman sampai pada masa kemerdekaan Negara Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman yang pesantren mulai tersisihkan, seakan-akan masyarakat enggan untuk menoleh ke belakang terhadap usaha & jasa pesantren terhadap kemerdekaan. 

Hal ini, terbukti dengan adanya laskar jihad dari pesantren Jombang-Jawa Timur yang merupakan seluruh santri Syaikh Hasyim Asy’ari atas perintah beliau untuk memperjuangkan tanah air (Baca : Hubbul Wathan). Masyarakat Indonesia yang kebanyakan merupakan kaum muslimin mulai merasa enggan dengan pendidikan pesantren  salaf dengan alasan tiidak bias menjadi orang sukses(Baca : Kaya).

Sebenarnya kalau kita telisik lebih dalam dengan kacamata islam pesantren merupakan satu-satunya pendidikan di negeri kita yang menaungi tafaqquh fiddien yang selalu merujuk pada salafusshalihsebagai tolak ukur ubudiyah maupun amaliyah. Secara harfiah pesantren merupakan wadah pendidikian yang cukup cemerlang dan berkompeten dalam membentuk generasi bangsa yang berpegang teguh kepada tali-tali Allah SWT. Misalnya : Syaikh Nawawi Banten, Syaikh Mahfudz Tremas, Syaikh Shaleh Darat, Syaikh Hasyim Asy’ari. 

Di luar negeri kita mengenal Syaikh Romdlon Al-Buthi, Syaikh Muhammad Ali Ash-Shobuni, Syaikh Muhammad Wahbah Zuhaili yang notabenenya merupakan murni didikan pesantren. Di dalam pesantren selalu di didik secara kontinu dengan berbagai macam ilmu yang terangkum dalam kitab-kitab turats dan digembleng metode tarbiyah yang sesuai dengan Al-Qur’an & Hadits sehingga mereka benar-benar mumpuni dalam bidang keilmuan dan moralitas. 

Akhirnya, setelah cukup matang para santri-pun siap untuk berdakwah pada masyarakat luas tanpa goyah terhadap tantangan zaman yang menghadang di depan mata.

Namun jejak pesantren semakin terkikis oleh adanya globalisasi, modernitas, & formalisasi yang mengubah pemikiran masyarakat untuk menjadikan dunia sebagai tolak ukur, bukan akhirat. Sehingga masyarakat lebih mementingkan lembaga formal daripada pesantren kecuali beberapa kalangan agamawan (Baca: Kyai) yang masih menginginkan putra-putrinya tumbuh di pesantren agar menjadi ahli agama yang taat. 

Gaya kehidupan yang serba hedonism telah menutup hati kebanyakan masyarakat sehingga mereka banyak melupakan tujuan utama dari kehidupan   untuk mengabdi & beribadah kepada Allah SWT (Baca : Ukhrawi). Kemampuan dalam bidang agama dianggap tak bias menjamin kebahagiaan di masa depan, padahal tentang bahagia, rizki, nasib kita telah ditentukan oleh Allah SWT sebelum kita terlahir ke dunia ini. 

Pandangan salah tersebut  kini bukan hanya berkembang pada masyarakat awam saja, melainkan mulai merambah ke alumni-alumni pesantren. Sehingga di zaman ini banyak juga kita temui pesantren mengadopsi kurikulum pendidikan yang di dalamnya mengandung konspirasi dari berbagai kelompok-kelompok SEPILIS(Sekularisme, Plurarisme, dan Liberasme) yang telah diusung oleh kaum Yahudi & Barat.

Standarisasi kurikulum pesantren dari pihak pemerintah memaksa pesantren untuk memperbebarui system yang ada kecuali pada bebrapa kelompok saja yang masih tetap eksis mempertahankan system pendidikan salafnya. Alhamdulilah pesantren yang kita tempati untuk belajar ini, merupakan bagian dari kelompok minoritas tersebut. 

Nilai kesalafan yang selama ini berkiblat pada tujuan ukhrawi yang menitik-beratkan pada ilmu syariah diganti dengan system akademik. Sehingga hal ini menimbulkan adanya perburuan status, gelar, ijazah yang merupakan tujuan duniawi semata. Dampak modernitas yang bersifat memaksa ini terlihat jelas khususnya pada dua aspek yaitu : Pertama dalam aspek keilmuan modernitas memiliki potensi besar dalam membentuk pribadi yang cerdik karena dalam proses pembelajarannya dituntut untuk berpikir logis (Baca : Filsalat). Namun kepribadian pelajar dalam bersikap menjadi buruk karena kurangnya pengajaran akhlak. 

Sehingga banyak para cendekiawan yang berpikiran cemerlang tanpa disandarkan pada Allah SWT yang pada akhirnya menimbulkan pemikiran sesat, seperti : teori filsafat evolusi & Revolusi yang berusaha menafikan kebenaran Al-Qur’an & nash-nash Hadits Nabi Muhammad SAW. Kedua dari aspek moralitas memiliki efek buruk yaitu pudarnya keikhlasan dan tawadlu’ dalam bertholabul ilmi.  Sehingga melahirkan kesombongan & berani menyalahkan ajaran guru. Hal yang demikian ini bias kita maklumi karena modernitas memiliki pedoman “Bebas berpikir, berekpresi, & berkreasi.

Dalam bukunya “Mengajarkan Amalan Syariat & Membenahi Adat-Istiadat” Syaikhina Najih MZ mengutip komentar Sayyid Al-Ghumari tentang hadits berikut ini :

عنعبدالرحمنالانصارىقالقالرسولاللهصلىاللهعليهوسلممناقتربالساعةكثرةالقراءوقلةالفقهاءوكثرةالأمراءوقلةالأمناء(أخرجهالطبرانى)

Dari Abdurrahman Al-Anshori beliau berkata : Kanjeng Nabi SAW bersabda “termasuk tanda dekatnya kiamat adalah banyaknya ahli pidato sedangkan ahli fiqh sedikit dan banyaknya pemimpin sedangkan yang amanah sedikit”.(HR. Imam Ath-Thobarani)

Sayyid Al-Ghumari mengatakan bahwa penyebab fitnah dalam hadits tersebut adalah menjamurnya lembaga umum dengan sistem penjajah barat. Sehingga yang diciptakan adalah alumni-alumni yang mahir dalam urusan keduniawian saja tanpa didasari pengetahuan ukhrawiI.Mereka lihai dalam urusan dunia tapi bodoh dalam ajaran agama. Sehingga dunia ini dipenuhi dengan ahli pidato saja, sedangkan ulama’nya semakin berkurang.

Dalam karya Saikhina Najih MZ yang lain beliau mengatakan “Dihancurkannya pendidikan Islam lewat sistem buatan orientalis itu masalah yang amat besar pula. Masih ditambah kekuatan laten yang sejak zaman kemerdekaan telah sengit terhadap Islam, makin menggejala tidka menunjukkan tanda kesembuhan.Mereka itu hakikatnya bukan sekedar memusuhi umat Islam, tetapi adalah memusuhi Allah SWT.  Segencar dan sehebat apapun mereka, tetap akan dilibas oleh kekuatan Allah yang Maha dahsyat”.(Syaikhina Muhammad Najih MZ : Agenda Dibalik Kristenisasi di Indonesia, " Negara Kristen Republik Indonesia")

Sebenarnya kalau kita telisik lebih dalam lagi mengenai pesantren, pesantren salaf tidaklah seperti yang ada dalam pandangan masyarakat umum yang memandang kolot, kuno, fundamental, tertutup dari informasi, dll. Karena dalam pesantren kita mengenal forum bahtsul masail yang selalu membahus tenteng masalah-masalah yang muncul dalam dunia modern ini. Selain forum bahtsul masail di pesantren juga di sediakan Koran yang selalu update terhadap berita dari luar pesantren, ini merupakan salah satu bukti bahwa pandangan masyarakat yang demikian tersebut kesalahan yang mutlak. 

Kendatipun demikian , hal ini tidak bisa membendung terhadap pemikiran masyarakat yang terlah tercuci oleh modernitas.  Fenomena punahnya pesantren salaf merupakan bahaya besar bagi perjalanan estafet umat islam. Karena hubungan antara ulama & masyarakat sebenarnya harus selalu terjalin dengan baik, lebih-lebih urusan ubudiyah & amaliyahagar selalu mendapat ridlo-Nya. Kesadaran terhadap agama yang seperti inilah yang masih kurang dalam masyarakat luas.

Keterasingan kaum pesantren ditengah-tengah perkembangan zaman yang seperti ini, sebenarnya telah di isyarohi oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam hadits yang tak asing lagi di telinga kita karena hadits ini sering terdengar dari Syaikhina Maimoen Zubair  saat beliau menjelaskan keterangan di Majelis Ta’llimnya. Yaitu hadits berikut :

بدأالاسلامغريباوسيعودغريباكمابدافطوبىللغرباءفقيلمنالغرباءقالالذينيصلحونماأفسدهالناسمنسنتيوالذينيحيونماأمتوهمنسنتي

Artinya :Islam datang dengan asing dan akan kembali terasing sebagaimana permulaanya, beruntunglah bagi orang-orang yang asing, dan Rosululloh ditanya siapa orang orang asing itu Yaa Rosullalloh, lalu Beliau menjawab dia adalah orang yang memperbaiki Sunnah-sunnahku yang dirusak manusia dan orang-orang yang menghidupkan sunahku yang ditinggalkan oleh manusia.

Mengutip pendapat Ust. Saiful ulum dalam artikelnya “Al-Ghuroba’” beliau menyuruh terhadap kita untuk mempertahankan sistem salaf karena sistem pendidikan yang lain pada kenyataannya selalu sibuk dengan berbagai program-progam yang selain mendalami ilmu salafussoleh. Dan ini merupakan solusi terbaik dalam mengambil langkah ke depan menurut pandangan kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun