Mohon tunggu...
A Jalaludin
A Jalaludin Mohon Tunggu... -

jangan meremehkanku,ku sangat ingin sekali naik gunung. Aku tak tahan mendengar kalian bercerita tentang keindahan dan kecantikan gunung yang pernah kalian daki. Aku tak tahan melihat foto-foto indah yang kalian sodorkan padaku dan bau rumput dari bekas ransel kalian. Aku mau melihat sendiri. Aku mau menikmatinya sendiri. Aku mau melakukannya sendiri tanpa mendengarnya, menikmatinya dan menghirupnya dari kalian.??

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Disebuah Musholla Kecil

15 Juni 2011   03:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Saat kutuliskan cinta, biarlah jiwa-jiwa menitiskannya--Bukankah cinta hidup pun hadir dalam setiap hayat makna"?

Saat itu saya sedang berada komplek villa di kawasan Cibodas. Posisi tempatku berada (duduk & termenung) sangat nikmat. Angin yang bersih berhembus semilir kurasakan sejuk dan tenang. Di sa

mping kanan musholla mengalir sungai kecil yang deras. Suara airnya terdengar sangat damai (khidmad). Kebetulan tempat dudukku tepat mengarah ke sebuah sungai yang posisinya turun sekitar 10-12 meter ke bawah lembah. Di sini banyak sekali villa-villa yang dimiliki oleh orang (saya tidak tahu pemiliknya). Mungkin sekitar 15-20 villa. Suasananya begitu tenang & damai - saya merasa jatuh cinta dengan lokasi ini, (seandainya bisa memilikinya). Saya suka tempat yang tenang, sepi, dingin dan bebas polusi.

Gunung Gede-Pangrango berada lurus di sebelah utara dari tempatku menulis. Jauh ke bawah lembah di sebelah Timur, menghampar perkebunan milik rakyat/pemerintah (saya tidak tahu pasti). Mungkin di situlah hasil perkebunan daerah ini ditanam untuk selanjutnya dijual di Pasar Cibodas. Satu hal yang menarik, ketika menulis catatan ini. Perhatianku tertuju: pada saluran SUTET di kawasan ini. Saya membayangkan bagaimana orang-orang (dari PLN) membentangkan kabel-kabel, yang jaraknya cukup jauh (kurang-lebih 1000m) dengan melintasi lembah. Puas membayangkan bagaimana proses pembentangan kabel, kemudian saya kembali ke villa (penginapan) untuk mencari pena dan selembar kertas (pembungkus nasi) untuk saya tulis jadi catatan ini.

Sejak tiba kemarin (Sabtu, 30 Januari) sampai jam ini (09-10am) saya belum mandi. Air di sini dingin sepertinya sabun susah untuk larut di air yang dingin, itu sebabnya saya malas untuk mandi (juga menggosok gigi). Saya pikir mana ada orang yang mencium bau hanya lantaran belum mandi & menggosok gigi? Udara di sini bersih tidak pengap seperti di Jakarta. Di Sebelah selatan dari tempatku, tampak menjulang tinggi Gunung Tangkuban Perahu. Tidak begitu jelas karena terlalu jauh, dan sebentar saja tertutup awan. Di belakangku ada sebuah saung peristirahatan (bagian dari komplek villa) saung itu cukup menarik perhatianku, tapi saya lebih suka di sini karena bisa menulis dengan bebas. Sejenak saya berdiri menuju ke villa sambil berharap, barangkali teman-teman sedang makan siang dan melakukan persiapan untuk kembali menuju ke Jakarta. Disela-sela langkahku ada dua orang perempuan (orang tua dan gadis muda), sesekali aku meliriknya, perempuan yang muda tampak cantik, tapi kupikir dia sudah ada yang punya.

Selesai Dari Villa

Saya lanjutkan mencatat, "kesanku di Cibodas" di mushola. Di villa teman-temanku masih asyik karaokean - lagunya kurang menarik untukku. Di situ (villa) belum ada tanda-tanda persiapan makan siang - mencoba bergabung dengan obrolan Bapak Lukman dengan Urip Arphan (bintang komedi Betawi), Bang Urip sedang mengikuti proses pembuatan video klip musik band baru. Tadi pagi Bang Urip bersama teman-teman (sesama pelawak) diundang untuk sarapan pagi oleh Bapak Kusno (ketua komite sekolah). Obrolan singkatku tentang seputar dunia seni (musik & film), di Indonesia. Bang Urip bilang: "selain ongkos pembuatan video klip dan promosi (yang bisa mencapai milyaran rupiah), kesuksesan juga ditentukan oleh faktor hoki (keberuntungan)".

Mataku melirik pada sekotak kue yang masih tersisa untuk dimakan. Saya menghampiri Bapak Atang, suami Bu Rosmiati-guru Pendidikan Agama Islam. Sembari menawarkan kue dia pun menanggapi tawaranku, lalu kami terlibat obrolan singkat tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Saya mengawali pembicaraan dengan bertanya tentang keluarga beliau. Menurutku obrolan itu kurang menarik karena dia memiliki sudut pandang yang parsial--melihat permasalahan dari "kacamata" institusi tempat dia bekerja. Kemudian turun rintik hujan dan mengakhiri obrolan kami.

Cuaca di kawasan Cibodas diliputi mendung. Gunung Gede-Pangrango (di sebelah utara-dari tempatku) mulai tertutup kabut. Udara khas pegunungan menyebarkan aroma yang alami. Terlihat beberapa anak usia SD, yang ikut melihat jalannya pembuatan video klip di komplek villa. Saya merasakan mereka (anak kecil) adalah murid-muridku. Temperatur udara sedikit hangat karena siang sudah semakin tinggi. Sekitar pukul 12.00 saya merasa bimbang antara tetap berada di komplek villa sambil menulis atau kembali ke barak IGR (Indonesian Green Ranger), untuk memulai obrolan baru. Tidak terasa sudah tiba waktunya sholat djuhur. Saya masih kerasan (nyaman) di sini. Sangat malas untuk kembali ke Jakarta. Saya ingin tiga hari lagi di sini, dengan segala makanan yang enak dan suasana akrab diantara teman-teman, dengan diskusi-diskusi baru dari Bang Idhat Lubis, dengan aroma khas Pegunungan Gede-Pangrango, dan bersama wanita-wanita cantik di kawasan Cibodas (bila saja)...

penulis : Jakarta Frangia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun