Ada yang salah dalam Indonesia. Itu sudah pasti!. Sejak dahulu ada 3 hal yang (kalau bisa) saya hindari di Indonesia atau tidak mau berurusan adalah dengan 3P, yaitu : Politics, Police dan Policy. Karena ketiga faktor inilah yang membuat negara kita bisa maju pesat atau hancur sekalian. Hanya dua pilihan. Lantas apa hubungannya dengan Bajakan dan ORIGINAL? Seni orisinil adalah warisan kesenian Indonesia. Pemerintah harusnya lebih peka dan cinta akan warisan budayanya sendiri dengan menanamkan kemandirian bangsanya untuk menumbuhkan cinta terhadap budaya lokal.
Dengan masuknya budaya-budaya asing, seharusnya terdapat filter untuk menyaring hasil karya seseorang atau sekelompok orang yang masuk secara ilegal yaitu CD BAJAKAN – ini yang saya sebut (politics). karena mensahkan suatu yang salah.
Kebijakan-kebijakan (policy) yang justru malah membombardir budaya barat dengan dilegalkannya film-film bajakan dan animasi dari hollywood. Seiring perkembangannya film-film dan musik Indonesia pun ikut dibajak karena minat konsumen dan tidak adanya kebijakan yang tegas.
Keamanan (police) yang harusnya memberangus ini semua, justru ikut andil didalamnya. Hukum yang lemah dan adanya kong kali kong antara oknum aparat dan pembajak sudah tidak asing lagi didengar. Fenomena ini yang membuat bangsa kita jadi malas. Alih-alih meningkatkan daya kreatifitas bangsanya dengan melegalkan film-film dan software dari luar, justru menjadikan industri kreatif berkiblat dari barat dan membajak bangsanya sendiri.
Dari pemikiran singkat yang saya kemukakan diatas, pembaca sudah bisa melihat apa yang sebenarnya menjadi masalah dari 2 realitas kesenian (seni orisinil dan seni bajakan,red) diatas.
Suatu saat saya pernah membaca opini seorang berkebangsaan Singapura yang ditanya mengenai Indonesia : “Kalian sadar tidak, kalau Negara-negara lain selalu takut meng-embargo Indonesia? Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI.”
Biar tidak menjadi bangsa malas, bangsa miskin kreatifitas, bangsa yang sombong dengan segala kemudahan yang instan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H