“Konflik Selalu Akan Ada, Dan Selama Semua Pihak Ingin Menang Sendiri, Dan Menganggap Diri Paling Benar, Maka Jangan Pernah Berharap Konflik Akan Terkelola, Dan Kedamaian Akan Menjadi Hal Rutin Dalam Kehidupan Yang Saling Berbagi Senyum Dan Kebaikan.” ~ Djajendra
Hidup pasti ada konflik, mulai dari konflik batin hingga konflik dengan orang lain.
Di setiap lingkungan kehidupan pasti akan ada potensi konflik, dan hal itu merupakan sesuatu yang harus ditangani dengan emosi baik dan pikiran baik.
Konflik dengan orang lain muncul karena perbedaan kepentingan dan keragaman persepsi dalam keyakinan, yang tidak diterima dengan ikhlas dan jiwa besar. Konflik dengan diri sendiri muncul karena ketidakmampuan diri untuk menyeimbangkan atau menetralkan kepentingan dari pikiran positif dan pikiran negatif.
Benih dan potensi konflik pasti ada di dalam diri sendiri, di dalam rumah sendiri, di dalam kantor, di dalam lingkungan sosial, di dalam berbagai dimensi kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan bahkan juga spiritual.
Konflik bukan berarti buruk, tapi sebuah kenyataan yang harus disikapi dengan jernih, cerdas, manusiawi, terbuka, adil, dan penuh tanggung jawab untuk menjaga kedamaian dan ketenteraman hidup.
Bila intensitas konflik terus meninggi, maka kecerdasan emosional masing-masing pihak harus dikedepankan untuk menurunkan kembali intensitas yang sudah tinggi tersebut. Membiarkan intensitas konflik terus meningkat akan merusak berbagai dimensi kehidupan sosial dan kemanusiaan.
Konflik yang tidak dikelola dengan cara-cara manusiawi akan menghasilkan ketegangan yang merusak dan saling menyakiti.
Bila sebuah awal konflik dimulai dengan cara-cara destruktif, yang saling menyerang pribadi masing-masing, dan saling merusak ikatan kepercayaan diantara pihak-pihak yang berkonflik, maka konflik tersebut akan terus berkembang untuk tujuan memenangkan ego masing-masing.
Saat konflik sudah sangat merusak kepercayaan dan hubungan kehidupan sosial, maka saat itu diperlukan pemimpin berhati baik untuk mengelolanya dengan mencari akar masalah secara jujur, lalu menggunakan komunikasi persuasi, untuk mengingatkan orang-orang yang berkonflik, agar menyadari bahwa niat untuk memenangkan ego hanyalah perbuatan sia-sia, yang akan membuat hidup mereka semua selamanya tidak damai dalam konflik berkepanjangan.
Bila orang-orang yang berkonflik memiliki hati yang baik dan jiwa besar dalam kecerdasan pengetahuan, wawasan, dan emosi, maka mereka akan merubah konflik destruktif menjadi konflik konstruktif. Sebab, mereka sadar bahwa bila sebuah konflik sudah terbawa dari nilai-nilai keyakinan hidup, maka pilihan bijak adalah saling menghormati dan saling menjaga kepentingan masing-masing, tanpa memaksa pihak manapun untuk saling setuju dan menyetujui, tapi saling menghormati perbedaan untuk menjaga kedamaian dan keamanan bersama.