"Hei! Lihat siapa yang datang!" seru Johan sambil tersenyum lebar. Namun, saat melihat Sinta yang basah kuyup dan memakai jaket Raka, mata Johan melebar sedikit. "Wah, Sinta... kamu baik-baik saja?"
Sinta mengangguk sambil tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, Johan. Hanya sedikit basah saja."
Johan yang biasanya cerewet tiba-tiba terdiam sejenak, matanya terpaku pada Sinta. "Basah-basah gitu... kamu malah kelihatan lebih cantik," katanya setengah bergurau, tapi dengan nada yang tak sepenuhnya bercanda.
Sinta tersipu malu, sementara Raka hanya menatap Johan dengan tatapan setengah heran. "Johan, fokus sedikit. Ini bukan saatnya buat bercanda," kata Raka, mencoba mengingatkan sahabatnya itu.
Johan mengangkat tangannya dengan defensif, "Hei, aku cuma bilang yang sejujurnya. Tapi ya, baiklah, fokus. Apa yang kita lakukan sekarang?"
Bagas yang sejak tadi diam memperhatikan, akhirnya angkat bicara. "Kita harus menemukan Pedang Kembar. Kalau tidak, kita tidak akan pernah bisa mengalahkan Ibu Malam."
Saskia mengangguk. "Ya, dan menurut peta yang kita dapat dari tubuh Surya, pedang itu terpisah. Kita harus berpencar untuk mencarinya. Raka, aku pikir kita harus ke Utara. Bagas, kamu, Sinta, dan Johan ke arah Barat."
Johan yang masih setengah terbawa suasana tadi langsung bersorak, "Petualangan baru! Semoga kita menemukan harta karun juga di sana!"
Sinta tersenyum mendengar antusiasme Johan, tapi dalam hatinya ia merasa khawatir. "Johan, ini serius. Aku tidak ingin ada dari kita yang terluka lagi."
Johan mengangguk dengan serius, tetapi senyumnya tetap terpancar. "Tenang saja, Sinta. Aku akan melindungimu. Apapun yang terjadi."
Bagas menghela napas melihat interaksi mereka. "Ayo kita bergerak. Kita tidak punya banyak waktu."
Petualangan di Utara: Raka dan Saskia