Memang Golkar alot. Sulit ditebak. Cukup ruwet ketika Ketua Umum Golkar Abu Rizal Bakrie alias Ical mau nyalon presiden 2014 terganjal statement Dewan Pertimbangan Partai Akbar Tandjung (AT); “putusan Ical untuk Capres dari Golkar belum final.” Masih memungkinkan untuk mengusung kader-kader lain yang terbaik untuk Capres 2014 nanti.
Rapimnas yang sengaja diajukan pada 22 Juni 2012 akan jadi taruhan bagi Ical untuk membulatkan dukungannya melalui beberapa DPC, DPD, sampai DPP.
Angin lobi. Ical mengundang AT dan pengurus harian Partai Selasa 8 Mei 2012 di gedung DPP Jakarta. Meski AT memberikan sinyal positif pasca pertemuan itu, ada variable lain, Jusuf Kalla (JK) Mantan Ketua Umum Golkar dan Wakil Presiden RI tak diundang pada waktu itu.
Ingat! Golkar adalah Partai Politik paling sepuh yang di dalamnya tersimpan para politisi mapan, mumpuni dan berkelas. Suatu saat, kapan pun, kepentingan apa pun dalam internal Golkar bisa berubah sewaktu-waktu.
Menurut beberapa hasil lembaga survey, popularitas dan elektabilitas Ical memang merosot dibandingkan Prabowo. Namun partai Golkar justru lebih unggul dibanding partai incumbent, Demokrat. Survey masih bisa berubah sebelum 2014 karena dinamika politik tak pernah berhenti untuk menarik simpati masyarakat baik lewat partai maupun perorangan.
Kaliber Golkar dalam kontestasi politik tak diragukan lagi. Ketetapan Ical untuk nyapres tak bisa disebut “final” walaupun AT membawa angin positif pada pertemuan minggu lalu. Mengapa? Golkar selalu punya banyak cara yang tak kentara untuk mengorbitkan kadernya menjadi yang terbaik. Itu terbukti waktu JK berhasil jadi wakil presiden 2002-2009, dan mencalonkan diri sebagai presiden tahun 2009 yang berpasangan dengan Hanura (Wiranto).
Ical belum bisa diterima masyarakat eskternal Golkar secara menyeluruh. Terlebih masyarakat Jawa, khususnya Sidoarjo Jawa Timur dengan lumpur Lapindonya. Ical masih terganjal banyak persoalan lain untuk maju jadi capres mendatang akibat imbasnya Lapindo, seperti kasus pajak Bakrie Group yang melibatkan Gayus.
Prestasinya selama memimpin Golkar belum menunjukkan prestai gemilang seperti JK maupun AT baik secara perkaderan maupun personal. JK secara personal mampu mengungguli Ical. Konflik Aceh (GAM vs RI), Poso (antar agama) jadi bukti sampai kini. Pun juga dengan AT yang mampu membangun Golkar saat terpuruk karena reformasi dan Korupsi sesepuh Golkar pak Soeharto.
Sedangkan Ical masih merintis prestasi. Belum mampu meyakinkan publik bahwa Ical tak terlibat kasus Lapindo yang hingga kini masih menyisakan amarah dendam masyarakat Sidoarjo Jawa Timur.
Gelembung Rapimnas, walaupun Ical menjadi pilihan Golkar. Ical harus bersusah payah untuk mencari wakilnya yang bisa mendongkrak Ical untuk steril dari kasus Lapindo. Tak hanya berhenti di situ. Ical harus merangkul para sesepuh Golkar untuk membulatkan tekad Golkar meraih RI-1 di tahun 2014.
Dalam rangka merangkul sesepuh adalah tugas terpenting Ical sebagai kader Golkar. Dimana Golkar meskipun Ical sebagai Ketua Umum tapi tak bisa sesuka kepentingannya melampaui para sesepuhnya. Dalam mainsite Golkar selalu tertanam perkaderan secara demokratis, reformis. Namun peran para sepuh dan eks-eks pejabat teras negara yang masih mendarah daging dengan Golkar tak bisa Ical enyahkan begitu saja.
Di balik petualangan Ical masih menyimpan sejuta kemungkinan kalau Goilkar tak hanya memutuskan Ical sebagai Capres 2014 menadatang. Ada pertarungan pro dan kontra para sepuh, dewan pertimbanganyang tak bisa tak bisa dianggap seple..
Tangan “t”uhan dalam Golkar adalah para sepuh dan elit yang masih aktif dan berperan dalam pemerintahan maupun kemasyarakatan. Sebagai partai politik yang sudah membumi puluhan tahun di Indonesia, Golkar masih menyisakan teka-teki untuk Capres 2014. Tak sepenuhnya Ical. Bukan satu-satunya pilihan meskipun Ical berposisi sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Sementara, masih hangat-hangat tai ayam, bahwa berapa media massa yang menghembuskan kabar JK akan dipinang Demokrat, kan? Itu bisa menjadi kemungkinan kalau JK juga akan maju lagi dalam Capres 2014. Belum lagi ada AT, Fadel Muhammad, Adi sasono, dan sebagainya.
Golkar masih menyisakan misteri untuk menentukan capres 2014. Golkar masih memungkinkan retak dan pecah internalisasinya sebelum Rapimnas maupun pasca itu. Mengingat Golkar memiliki banyak stok kader yang cukup kuat untuk nyalon Capres di dua tahun mendatang.
Semoga dalam pendidikan politik yang ditanamkan Gokar tak menyimpang seperti kata Ki Hadjar Dewantara; Ing Ngarso sung tulodho ing madyo mangun karso tut wuri hadayani (yang di depan, pemimpin memberi tauladan, yang di tengah (muda) memberi semangat, yang tua memberi dorongan).
Terjadi penyelewengan; Ing ngarso sontoloyo, ing madyo mbangun perkoro tut wuri nggilani (yang di depan, pemimpin memberi kekonyolan, yang di tengah (muda) berkonflik, yang tua menjijikan, tak mau melerai).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H