Bermula pertemuan empat pemuda di teras musolah. Tercetuslah kedai penganan yang unik dan menarik. Unik dari pilihan nama yang nyentrik dan mengundang kepenasaran. Menarik karena tersaji beragam rasa namun tetap nikmat dan bermanfaat. Ya, Mie Janda di Cibinong, Kabupaten Bogor jadi target para mania kuliner untuk mencicipi penganan yang istimewa.
Alhasil, seiring perjalanan waktu, dari mulai berdagang menggunakan tenda di pekarangan pertokoan di Jalan Mayor Oking Cibinong, kini sudah memiliki empat cabang dan bersiap mengembangkan usaha dengan memberdayakan para (calon) usahawan. Pantas pula dengan modal mini kini Mie Janda meraup keuntungan maksi. Modal awal Mie Janda pada tahun 2008 tidak lebih dari 25.000.000. Â Â
Lantas apa saja yang membedakan Mie Janda dengan kedai penganan dengan bahan dasar mie lainnya? Apa keunggulan Mie Janda sampai digandrungi banyak orang? Bagaimana strategi bertahan Mie Janda di tengah persaingan niaga yang makin kompetitif.
Satu, Mie Janda lahir dari keberanian dan kreativitas empat pemuda yang tak sengaja kerap bertemu di salah satu musolah di Kelurahan Ciriung, Kecamatan Cibinong, tak jauh ari Perumahan Ciriung Cemerlang.
Cucu Haris, Ahmadun, Syaiful Amal, dan Suwito adalah pemuda yang bekerja di tempat yang berbeda. Keempatnya jenuh dengan rutinitas menjadi anak buah dengan miskin gagasan alias tergantung perintah atasan. Tukar pikiran selepas Zuhur, Asar, atau bada Isya. Mereka diskusi. Lalu sepakat mendirikan usaha mie.
Kreativitas empat pemuda yang berasal dari Jawa dan Sunda itu ditunjukkan dengan gagasan-gagasan dari mulai pilih nama, cara bertahan, hingga sajian penganan yang selalu baru untuk disajikan bagi publik kuliner tanah air.
Kedua nama "Janda" yang sungguh menggoda. Pilihan "Janda" sejatinya sempat ditentang oleh sebagian warga dan pelanggan. Bahkan, tidak sedikit yang meninggikan nada emosi agar nama "Janda" tidak disematkan sebagai merk dagang.
"Iya, Kang, sempat jadi polemik pilihan nama "Janda" itu. Sebagian warga cenderung kurang sreg. Sampai ada yang datang langsung dan protes. Namun, setelah diskusi dengan para pinisepuh dan alim ulama Cibinong, nama "Janda" tetap kami pertahankan. Sebab, ketika nama "Janda" dikonotasikan selalu negatif, berarti alam pikiran mereka memang sedang negatif. Pun sebaliknya.  Hal yang membuat kami  tambah kuat, para pengguna internet di media sosial justru suka dangan pilihan nama yang kami apungkan," Kata salah satu pendiri Mie Janda, Syaeful Amal ketika saya temui di kedai utama Mie Janda di Jl. Mayor Oking Jayaatmaja, Cibinong Bogor.
"Ya, awalnya Mie Janda, berjualan di halaman depan salah satu pertokoan dekat PT Ganada. Masih di Jalan Mayor Oking Jayaatmaja. Dulu belum bisa menyewa ruko. Untuk menghindari panas dan hujan, maka kami menggunakan tenda. Ya, disingkatlah jadi Jajanan Tenda," Beber Syaeful Amal, mantan karyawan pabrik helm di kawasan Jalan Lambau, Karangasem Barat, Citeureup.
Ketiga, bahan yang digunakan Mie Janda serba alami dan masih segar. Mie Janda mengusung misi mulia dan tidak sekadar mencari keuntungan saja. Kemulian itu salah satuya mewujud dalam pilihan bahan yang ramah lingkungan dan menyehatkan bagi pelanggan.