Namun, karya terbesarnya adalah Wawacan Panji Wulung (WPW). Menurut Moriyama, WPW ditulis tahun 1862 dan pertama kali diterbitkan oleh Landsdrukkerij taun 1871. Menurut Ajip Rosidi, WPW pernah disalin ke dalam bahasa Jawa oleh Pangeran Adipati Aria Mangkunegara IV, lantas kembali disalin ke dalam bahasa Madura. Dalam bahasa Sunda karya ini beberapa kali mengalami cetak ulang.
Bujangga Sunda yang tidak kalah masyurnya adalah Panghulu Haji Hasan Mustapa (HHM). Karena kebesaran karyanya, tahun 1977 beliau mendapat anugrah Hadiah Seni sebagai 'Sastrawan daerah Sunda' oleh Presiden Republik Indonesia. Ihwal karya-karyanya dapat dibaca dalam Kesusasteraan Sunda Dewasa Ini (1967) dan Haji Hasan Mustapa jeung Karya-karyana (1989) keduanya hasil penelitian dan ditulis oleh Ajip Rosidi.
Bila Musa akrab dengan Holle, maka Mustapa berkarib dengan Snouck Hurgronje. Malah, karena kedekatannya, sepak terjangnya (karya-karyanya) sempat dicurigai oleh bangsa pribumi.
Meurut Ajip Rosidi, HHM (1268-1348 H atau 1852-1930) jadi Panghulu di Bandung sejak bulan September 1895 hingga mengajukan pensiun tahun 1918. Karya-karyanya banyak ditulis tahun 1900-1902.
Hasil penelitian Ajip Rosidi buku karya HHM dalam bentuk prosa berjumlah 23 judul, di antaranya Bat Adat-adat Urang Priangan jeung Sunda Lianna ti Eta dan Martabat Tujuh. Adapun dalam bentuk puisi berjumlah 71 judul, di antaranya Ngagurit Kaburu Burit dan Hariring nu Hudang Gering. Jumlah dangding (puisi dalam bentuk pupuh) yang telah terdokumentasi adalah lebih dari 10 ribu bait/pada. Adapun tema utama karya-karyanya adalah tentang ketuhanan.
Banyak dan bermutunya karya-karya para penguasa Sunda baheula menandaskan mereka haus ilmu dan lapar akan bahan bacaan. Adakah pemimpin Sunda kiwari mau mengikuti dan mempelajari karya dan jejak langkahnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H