Menanti Audisi Stand Up Comedy
Saya sengaja bangun pagi dan membawa kendaraan pribadi menuju Bentara Budaya agar tidak terjebak macet, karena pada hari itu akan ada perayaan besar-besaran HUT sebuah bank BUMN terbesar yang akan berlangsung di seputaran Senayan. Pukul enam pagi aku sudah meluncur dan tak sampai setengah jam tiba di depan gerbang Bentara Budaya. Namun alangkah kagetnya melihat suasana di sana, ternyata sudah banyak orang berkumpul di situ, padahal peserta test drive kan cuma 21 orang. Setelah melewati gerbang Bentara Budaya, barulah ngeh kalau ternyata ada acara lain lagi yaitu babak audisi acara Stand Up Comedy ke-5.
Kendaraanpun terpaksa diparkir di gedung Palmerah karena di situ sudah penuh orang. Setelah parkir, aku berjalan menuju Bentara Budaya melalui pintu selatan. Sesampai di depan gerbang Gramedia, koq tidak ada satupun batang hidung panitia atau peserta yang kukenal, demikian pula mobil Datsun Go yang akan diujicoba. Rupanya terlihat Kang Arul juga kebingungan sambil celingak celinguk kesana kemari, memandangi ratusan orang yang sedang menanti audisi. Untung mataku sekelebatan melihat Kang Harja lagi ngobrol di dalam area gedung, langsung saja kami samper masuk ke dalam. Barulah kita sadar bahwa ternyata kendaraan Datsun Go-nya bersembunyi di balik pagar Gramedia, takut diamuk massa stand up comedy hehehe.......
Singkat cerita, saya berada di tim 1 dengan Kang Zulfikar Alala dan Pak Nur Terbit berdasarkan undian panitia. Setelah briefing singkat, kami langsung stand up n go go go menuju Taman Budaya Sentul City untuk menjajal tingkat kehematan Datsun Go. Saya sendiri menjadi pemegang kemudi pertama sekaligus merasakan kehematan Datsun Go. Berhubung biasa lari cepat, agak kagok juga ketika harus menahan agar RPM tetap di bawah 2000. Ketika jalan menurun, gigi dinetralkan agar tidak minum banyak BBM. Rata-rata pemakaian BBM pun berkisar antara 21-22 Km/Liter. Namun karena jalan menuju Sentul City menanjak, Datsun menjadi cepat haus dan ketika berhenti pemakaian BBM menjadi 20,6 Km/Liter. Menurut saya itu tetap lebih hemat daripada mobil lain sejenis.
Etape kedua menuju Hotel Santika TMII, kemudi dipegang oleh Kang Zulfikar Alala. Kondisi jalanan relatif menurun tentu sangat menguntungkan pemakaian BBM. Alhasil walaupun sempat terkena macet saat hendak tiba di TMII, konsumsi BBM menjadi lebih hemat di kisaran 21.6 Km/Liter. Di sini kita beristirahat sejenak sambil menikmati hidangan restoran Krakatau. Restoran ini sendiri menyajikan menu tradisional Indonesia seperti Nasi Rames dan Mie Bakso, serta Ayam Balado dan Ikan Pesmol sebagai menu andalannya. Soal rasa mungkin lumayan enaklah, tapi lebih penting lagi adalah suasananya yang nyaman dan tempatnya yang luas sehingga cocok untuk bertemu bisnis atau sekedar melepas penat.
Selesai istirahat sholat dan makan, perjalanan dilanjutkan kembali ke Bentara Budaya. Kali ini Pak Nur Terbit menjajal kemudi Datsun Go di tengah kemacetan kota Jakarta. Berhubung sering macet dan berhenti, mobil ini cukup haus dan performa hematnya melorot menjadi 18,0 Km/Liter ketika tiba di gedung Gramedia Palmerah Selatan. Dan setelah pengumuman pemenang, ternyata tingkat kehematan tiga Datsun Go yang diuji coba beda-beda tipis, hanya selisih nol koma, sementara angka di depannya sama yakni 18. Artinya bahwa tingkat kehematan rata-rata dengan kondisi variatif mulai jalan datar di tol, jalan menanjak dan menurun, menikung, serta macet, Datsun Go relatif lebih hemat dibanding kendaraan sejenis. Bahkan bila dibanding dengan motor yang rata-rata mengkonsumsi 30-40 Km/liter, hitungannya Datsun Go lebih hemat karena mampu membawa penumpang lebih banyak daripada kendaraan roda dua.