Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Siem Reap Gerbang Situs Warisan Dunia

14 Juli 2015   15:53 Diperbarui: 14 Juli 2015   15:53 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sambungan dari sini)

Siem Reap merupakan kota terakhir yang saya kunjungi dalam rangkaian wisata singkat Vietnam-Kamboja selama 4 hari kurang. Kota ini merupakan gerbang warisan dunia atau UNESCO world heritage karena sekitar 5 Km dari kota tersebut terdapat kompleks candi terbesar di Asia Tenggara bernama Angkor Wat. Dikatakan kompleks karena terdiri dari bangunan utama dan beberapa bangunan besar lain yang letaknya bersebelahan satu sama lain, tapi untuk mencapainya perlu dua hari, minimal satu hari untuk melihat bangunan-bangunan utamanya saja. Itulah bedanya dengan Borobudur yang hanya terdapat satu candi besar dan beberapa candi kecil di sekitarnya.

Perjalanan dari Phnom Penh ke Siem Reap cukup cepat, hanya sekitar 5 jam lebih sedikit dengan menggunakan van melalui jalan mulus yang sebagian sedang diperlebar menjadi dua jalur. Tiba di Siem Reap malam hari, ojek tuktuk telah menunggu di pangkalan van di tepi jalan raya. Cukup tunjukkan 2 Dollar, supir tuktuk langsung mengangguk dan siap mengantarkan saya menuju hotel di jalan Sivatha Road yang merupakan tempat nangkringnya para turis karena dekat dengan Pasar Malam dan tempat hiburan malam di kota tersebut. Berhubung hari sudah malam dan toko-toko tutup, saya putuskan untuk istirahat terlebih dahulu sambil terlebih dahulu memesan paket tour sehari keliling Angkor Wat. Harganya paketnya 15 Dollar diluar ongkos masuk dan tips, sementara tarif masuknya 20 Dollar untuk paket satu hari.

Pagi harinya sekitar jam 8 saya sudah dijemput tukang ojek tuktuk yang siap mengantar berkeliling satu hari tur. Tak sampai seperempat jam saya sudah tiba di gerbang masuk Angkor Wat dan membeli tiketnya. Uniknya, saat membeli tiket kita difoto dan langsung dicetak wajah kita dalam tiket tersebut. Saya baru sadar setelah keliling gunanya foto tersebut untuk memastikan bahwa pemegang tiket wajahnya sama dengan fotonya. Selesai urusan tiket, perjalanan lanjut menuju bangunan utama Angkor Wat. Bangunannya cukup luas, mirip dengan Borobudur lah, dikelilingi oleh pagar tembok tinggi berelief dan kolam air mengelilingi tembok besar tersebut. Butuh waktu hampir dua jam lebih untuk mengelilingi bangunan besar tersebut, dan cukup melelahkan juga ketika harus naik ke puncaknya. Bedanya dengan Borobudur, Angkor Wat memiliki ruang-ruang seperti rongga di dalam bangunan sehingga kita bisa berteduh di dalamnya.

Setelah puas dan lelah berkeliling Angkor Wat, tukang ojek yang sedari tadi menunggu di parkiran bergerak mengantar saya menuju kompleks candi Bayon yang terletak di sebelah utara Angkor Wat. Di tengah bundaran terdapat candi Bayon yang sedang direnovasi, dikelilingi oleh candi-candi lain seperti Angkor Thom dan Baphuon. Setelah berkeliling sebentar, tukang ojek tuktuk kembali mengantar saya menuju candi lain seperti Preah Khan, Ta Phrom, Prasat Kravan, dan Banteay Kdei sebelum kembali ke Angkor Wat. Anda harus siap berjalan kaki ratusan meter ke setiap candi karena jaraknya agak jauh dari parkiran tuktuk. Bagi pecinta fotografi, disini jelas surganya karena banyak obyek menarik untuk difoto, mulai bangunan bersejarah hingga akar pepohonan yang mengikat batu-batuan.

Usai berlelah-lelah seharian berkeliling sekitar lima jam di tengah panas terik matahari, saya kembali ke hotel setelah sempat mampir makan siang di kedai makan dekat Angkor Wat. Biaya makan kami berdua untuk sepiring nasi goreng, sepiring nasi ayam, es teh manis dan es jeruk sekitar 13 Dollar, sementara tip untuk supir tuktuk 5 Dollar. Sore harinya saya kembali berkeliling kota Siem Reap ditemani tukang ojek yang sama dengan ongkos tambahan 8 Dollar selama sejam lebih, mulai dari candi Wat Phreah Prom Rath, Istana Raja Sihanouk, Royal Garden, dan Wat Thmei yang juga merupakan museum kekejaman Khmer Merah disamping candi. Cukup seram juga ketika berkunjung ke Wat Thmei karena kita bisa melihat ratusan tengkorak korban kekerasan Khmer Merah disimpan rapi dalam dua bangunan terpisah. Selain itu juga terdapat cerita mengenai sepak terjang Khmer Merah pada tahun 1975-1979 yang menjerumuskan Kamboja ke dalam konflik berkepanjangan.

Perjalanan berakhir di Central Market karena saya hendak membeli oleh-oleh berupa souvenir khas Siem Reap. Tak lupa supir tuktuk meninggalkan nomor hape, siapa tahu kami sekeluarga bakal kembali lagi ke Siem Reap. Menurut cerita, jadi supir tuktuk lebih menguntungkan karena rata-rata dalam sebulan bisa mengantongi 200-300 Dollar, daripada jadi karyawan yang cuma digaji sekitar 60-80 Dollar sebulan. Lagipula banyak kenalan baru karena selalu mengantar turis yang berbeda setiap harinya, dibanding karyawan yang ketemunya orang-orang itu lagi. Selesai belanja saya berjalan kaki menuju hotel dan mampir ke kedai cepat saji sejenak akibat banyak energi terpakai saat jalan kaki keliling candi.

Malamnya saya berjalan-jalan di sepanjang jalan Sivatha dan mampir ke tukang pijat khas Khmer. Pijat ini mirip dengan pijat tradisional, hanya minyak yang digunakan agak berbeda, serta banyak tekukan kaki sehingga langsung terasa seperti ditarik uratnya. Harganya juga murah, sekitar 7 Dollar atau 100 Ribu Rupiah saja, hampir sama dengan tarif pijat tradisional di Indonesia. Perut masih kenyang dan saya kembali ke hotel untuk bersiap-siap berangkat esok pagi kembali ke tanah air tercinta. Rupanya iklan pengantaran gratis (free pick up) dari hotel tidak berlaku disini, tetap saja harus bayar 5 Dollar lagi. Ya sudahlah daripada ribut dengan bahasa yang tidak dimengerti. Bandaranya sendiri tidak terlalu besar tapi tampak baru dan nyaman sekali serta tersedia wifi gratis disini. Lumayan buat update status menjelang pulang kembali. Tuntas sudah perjalanan ke seluruh negara ASEAN. Next trip mudah-mudahan bisa tembus Trans Siberia hehehe .....

NB. Lebih baik berkunjung ke Angkor Wat setelah Subuh karena bisa melihat sunrise, lagipula agar tidak kepanasan karena cuaca saat ini sangat panas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun