Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sehari Keliling Sendawar, Ibukota Kutai Barat

19 Maret 2016   17:09 Diperbarui: 4 April 2017   17:14 2609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kantor Bupati Kutai Barat di Sendawar (Dokpri)"][/caption]Sebulan lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi Kutai Barat, sebuah kabupaten yang baru berdiri pasca reformasi dan merupakan pecahan dari Kabupaten Kutai (Kartanegara) Provinsi Kalimantan Timur. Sebagai kabupaten yang baru tumbuh, pemerintah daerah mulai membangun infrastruktur termasuk perkantoran pemerintah dan jalan utama kota. Ibukota Kabupaten Kutai Barat adalah Sendawar, yang merupakan gabungan antara kota lama Melak yang terletak di tepi Sungai Mahakam dengan Barong Tongkok yang menjadi lokasi perkantoran pemerintah daerah.

[caption caption="Islamic Center Sendawar (Dokpri)"]

[/caption]Dari Balikpapan ada pesawat langsung menuju Melak dengan waktu tempuh sekitar 40 menit. Namun bila menggunakan jalan darat bisa mencapai 7-9 jam tergantung kondisi jalan. Lebih menarik lagi berlayar melintasi Sungai Mahakam dari Kota Samarinda, berangkat malam hari sekitar pukul 20.00, dan tiba subuh sekitar pukul 5.00 pagi. Demi kepraktisan dan efisiensi waktu, saya memilih naik pesawat terbang dengan harapan bisa lebih banyak waktu untuk eksplorasi setelah urusan dinas selesai.

[caption caption="Jalan Lebar nan Sepi (Dokpri)"]

[/caption]Sore hari saya hanya sempat berkeliling bangunan perkantoran Bupati Kutai Barat, mengambil foto sepanjang perjalanan dari Kantor Bupati menuju hotel sejauh sekitar 20 Km melalui jalan yang lebar namun sepi, dan Masjid Islamic Center yang megah itu karena letaknya tepat di depan hotel. Malamnya saya bersama rombongan menikmati makan malam dan durian tiga rasa yang terkenal di Kalimantan itu seperti telah diceritakan di sini.

[caption caption="Tugu Jam Sendawar (Dokpri)"]

[/caption]Esoknya sebelum kembali ke Balikpapan barulah saya sempatkan berkeliling kota dengan menyewa ojek selama dua jam. Perjalanan dimulai ke arah pelabuhan Melak yang merupakan kota tua sekaligus pusat distribusi barang di daerah pedalaman. Jalan menuju Melak tidaklah selebar menuju Kantor Bupati, namun justru keramaian mulai terasa disini. Di sisi kiri kanan jalan terdapat perkantoran seperti bank dan warung serta toko yang menjual aneka barang.

[caption caption="Rumah Terapung di Sisi Sungai Mahakam (Dokpri)"]

[/caption]Tak sampai sepuluh menit kami tiba di pelabuhan kecil yang merupakan terminal kapal ke Samarinda atau ke arah hulu Mahakam yang dekat dengan perbatasan Malaysia. Pelabuhannya tidak terlalu besar, namun di sepanjang tepian sungai berdiri rumah-rumah terapung yang menjadi tempat tinggal penduduk setempat. Agak mengherankan karena rumah-rumah tersebut dialiri listrik PLN, bukan generator seperti kapal terapung lain yang mobil (bergerak), artinya rumah terapung tersebut bersifat statis alias menetap, tidak dinamis atau berpindah tempat mengikuti arus sungai.

[caption caption="Rumah Terapung Multi Fungsi (Dokpri)"]

[/caption]Di sisi jalan seberang tepi sungai, terdapat rumah-rumah penduduk dan penginapan bagi mereka yang baru tiba dari Samarinda. Tak jauh dari pertigaan terpadat pasar tradisional, sementara di sebuah sudut terdapat bangunan pasar yang belum jadi dan cenderung terbengkalai. Selesai berputar-putar di sekitar pelabuhan, kami menuju arah Barong Tongkok yang merupakan kota baru tempat perkantoran pemerintahan Kabupaten Kutai Barat tempat saya berkunjung sehari sebelumnya.

[caption caption="Tugu Pejuang Kutai Barat (Dokpri)"]

[/caption]Kontras dengan keramaian di Melak, perjalanan ke arah Barong Tongkok tampak sepi. Hampir tidak ada kendaraan melintas kecuali satu dua saja menuju bandara. Bangunan mulai jarang, dan semak belukar mulai tampak. Di sini tampak beberapa bangunan yang baru didirikan, termasuk gereja Katolik St. Thomas Aquinas dan gelanggang olah raga. Mengingat waktu sudah mendekati jadwal terbang, saya berhenti di tugu pahlawan Sendawar yang terletak di samping gelanggang olah raga, berfoto sebentar dan kembali ke arah hotel untuk bersiap-siap check out.

[caption caption="Pelabuhan Melak (Dokpri)"]

[/caption]Ditinjau dari perencanaan kota, nampak sekali kota ini dipersiapkan sebagai ibukota kabupaten dengan berbagai fungsi pelayanannya. Namun kondisinya masih relatif sepi dan belum terlihat pertumbuhan penduduk yang signifikan, hanya para pekerja tambang serta perkebunan saja yang mendatangi kota tersebut untuk berbelanja sebelum kembali ke tengah hutan untuk bekerja seperti biasa. Berkat adanya perkebunan sawit dan tambang, banyak penduduk lokal menjadi kaya mendadak dari hasil jual beli tanah, dan boleh dibilang tidak ada mobil tua berseliweran di kota tersebut. Kota ini memang bukan kota wisata, tapi lebih merupakan kota perdagangan dari hasil kebun dan tambang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun