Bayangan kami saat berlibur pertama kali ke Hong Kong adalah sulitnya mencari makanan halal, apalagi yang berbau Indonesia di sana. Hong Kong memang sudah dikenal sebagai salah satu tujuan BMI alias Buruh Migran Indonesia, akan tetapi hal itu bukan berarti makanan halal tersedia di mana-mana. Di Thailand saja dimana banyak WNI berkeliaran di sana tetap saja sulit mencari makanan halal apalagi khas Indonesia, apalagi Hong Kong yang jaraknya lebih jauh dari Thailand.
Tahu Tempe dan Nasi Bungkus Khas Hong Kong (Kolpri)
Namun bayangan itu pupus sudah ketika pagi-pagi bangun dari hotel dan berjalan-jalan di sekitar Islamic Center di daerah Tsim Sha Tsui. Di depan pintu masuk Kowloon Park ternyata berkumpul pedagang tahu tempe dan nasi bungkus menawarkan dagangannya dalam Bahasa Indonesia. Selidik punya selidik, ternyata mereka adalah BMI yang memanfaatkan hari libur di hari Minggu untuk berjualan makanan. Harganyapun relatif murah untuk ukuran Hong Kong. Tahu tempe goreng 3 biji harganya cuma 10 HKD (sekitar Rp. 15.500 atau sebiji Rp. 5200), nasi bungkus isi ayam goreng, atau nasi rames harganya 20 HKD (sekitar Rp. 31.000), bandingkan dengan harga makanan halal di daerah tersebut yang mematok harga paling murah 40 HKD. Yang unik, ayamnya ternyata diimpor dari Brazil, dan diolah oleh orang asal Pakistan sebelum dijual, sehingga terjamin kehalalannya.
Sambil ngobrol-ngobrol, kami tanya asal usul mereka. Rupanya mereka rata-rata berasal dari Jawa Tengah atau Jawa Timur dan sudah belasan tahun jadi BMI di negeri itu. "Koq betah sih?" Tanyaku. "Disini kerjanya lebih profesional," jawab salah satu dari mereka. Artinya antara pendapatan dengan pekerjaan yang dilakoni relatif sepadan, dan perlakuan majikannya relatif lebih manusiawi dibanding di negara lain (walau dalam beberapa kasus tetap saja ada pelecehan, namun tidak sebanyak di negara lain). Hari Minggu merupakan hari libur dan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mereka untuk berjalan-jalan atau bersenang-senang.
Para BMI itu juga dengan baik hati menunjukkan tempat belanja murah di Hong Kong, tepatnya di Sham Shui Po, karena di Mongkok sedang ada demo. Kamipun naik MTR menuju Sham Shui Po dan tak sampai 20 menit sudah sampai di tujuan. Alangkah kagetnya ketika keluar stasiun tampak puluhan BMI sedang berkumpul di salah satu sudut pintu keluar MTR. Rupanya kawasan ini menjadi tempat berkumpulnya para BMI pada hari libur dan disini juga terdapat toko yang khusus menjual makanan khas Indonesia, mulai dari krupuk hingga pecel lele atau soto ayam tersedia. Bahkan bahan mentahpun juga tersedia sehingga bagi yang kangen masakan Indonesia bisa memasak sendiri di apartemen. Nama tokonya Indonesia Rosi, dikelola oleh orang Indonesia sendiri dan semua bahan bakunya diimpor dari Indonesia.
Jadi, buat para travellers yang ingin berkunjung ke Hong Kong, jangan khawatir soal makanan karena tersedia toko yang menjual makanan khusus Indonesia. Menunyapun pasti cocok di lidah karena memang dimasak oleh orang Indonesia. Jalan-jalan ke Sham Shui Po serasa ke Pasar Baru Bandung atau Pasar Johar Semarang karena sebagian besar disesaki oleh orang Indonesia terutama di hari Minggu. Barang-barang yang dijualpun beraneka ragam mulai dari tas, pakaian, hingga makanan, bahkan terima pengiriman barang langsung ke Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H