Awalnya selepas jalan-jalan di Selcuk saya hendak naik bus menuju Bursa, namun waktunya terbatas, kecuali bila naik dari Izmir. Tanggung juga kalau sekedar berpindah moda di Izmir, kenapa tidak sekalian saja menjajal kereta tidur Izmir Mavi Train, walau harus memutar dulu ke Eskisehir. Akhirnya saya pilih kereta karena ternyata ada bis langsung dari stasiun kereta api Eskisehir ke Bursa. Tiketnya agak mahal, sekitar 140 TL (660 Ribu Rupiah), namun rasanya tidak rugi setelah merasakan nikmatnya tidur di atas kereta.
Pedagang Asongan di Dalam Kereta Komuter (Dokpri)
Dari
Selcuk saya naik kereta komuter (mirip KRL Jabodetabek) dari Denizli menuju Izmir. Kereta disini lumayan tepat waktu, hanya berselisih dua menit dari waktu yang ditentukan, padahal jarak Denizli ke Selcuk sekitar 190 Km. Tapi begitu naik, kondisinya memang benar-benar seperti KRL, penuh sesak penumpang sehingga sayapun harus berdiri. Bedanya walaupun sudah berpendingin udara, masih ada satu pedagang asongan yang menjual air minum dan cemilan khas
Turki. Baru setelah daerah Torbali dan bandara Adnan Menderes, penumpang mulai turun dan kereta mulai sepi.
Stasiun KA Basmane Izmir (Dokpri)
Tiba di stasiun Basmane, saya harus mencetak tiket yang dibeli online. Agak sulit juga berkomunikasi dengan petugas tiket karena mereka tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik. Saya harus mengkombinasikan bahasa Inggris dan tarzan agar petugas mengerti, padahal sudah menunjukkan paspor juga untuk memastikan nama di tiket sama dengan paspor. Perjuangan belum selesai ketika saya berpindah ke stasiun Alsancak melalui kereta metro bawah tanah. Rupanya kita harus membeli Izmir Card untuk masuk ke stasiun. Beruntung ada seorang anak mau menolong saya memakai kartunya dengan menukarkan 4 TL.Â
Persilangan Rel Kereta Api di Hilal (Dokpri)
Tapi masalah belum selesai karena saya harus berpindah kereta di stasiun Hilal. Rupanya setelah keluar stasiun atas, saya harus masuk ke stasiun di bawahnya dengan memasukkan Izmir Card. Celakanya tidak ada penjual kartu disitu dan sedikit orang yang lewat sehingga nyaris tidak ada yang menolong. Untungnya seorang petugas jaga mengerti walau dengan bahasa tarzan saya jelaskan hendak ke Alsancak tapi tidak ada kartu. Saya tunjukkan uang 5 Tl sebagai tanda bahwa saya punya uang tapi tak punya kartu. Dia langsung membukakan pintu, dan menolak pemberian saya, kebetulan di depannya juga ada satpam wanita yang mengawasi, dan diapun juga ikut mempersilakan tanpa mau menerima uang. Salut dan terima kasih kepada mereka berdua yang telah membantu masuk ke stasiun.
Stasiun Kereta Api Alsancak (Dokpri)
Tiba di Alsancak, saya berkeliling seputar stasiun sebelum nangkring di sebuah kafe di dalam stasiun. Lagi-lagi bahasa tarzan dipakai, untung sedikit-sedikit saya mulai mengerti bahasa Turki, tinggal bilang cay (teh) mereka langsung menyeduh teh khas Turki. Sebenarnya saya masih ingin berkeliling, namun karena lelah seharian berjalan kaki di Ephesus dan ransel harus dibawa, terpaksa saya nangkring di kafe sekitar sejam sebelum kereta berangkat. Setengah jam sebelum berangkat, saya masuk ke kereta api untuk menaruh ransel. Sepertinya penumpang tidak terlalu ramai, sehingga saya bisa tidur sendiri di kamar.
Gerbong Kereta Kamar (Sleeping Train) (Dokpri)
Benar saja, ketika kereta berangkat, tak ada lagi penumpang yang naik di kamar saya. Saya menjadi leluasa bergerak ke sana kemari tanpa khawatir mengganggu orang lain. Kereta tidurnya memang benar-benar seperti hotel, ada wastafel, colokan listrik, hanger, meja, lemari kecil, bahkan lemari es. Di dalam lemari es terdapat air mineral dan snack yang telah tersedia sejak saya naik. Hanya kamar mandi saja diluar karena harus berbagi dengan kamar lainnya. Suasana masih terlihat seperti sore hari walaupun saat itu pukul 19.30, kursi masih tegak belum diubah menjadi tempat tidur. Sunset menjelang, sayapun sibuk mengambil foto-foto pemandangan indah saat kereta mulai beranjak meninggalkan kota Izmir.
Mewahnya Ruang Kamar Gerbong (Dokpri)
Shalatpun juga agak leluasa karena ada sedikit ruang walaupun harus duduk menghadap lokomotif. Setelah shalat sayapun tertidur lelap, tak terasa sudah pukul 4.30 pagi saat terbangun untuk pertama kalinya. Langit masih gelap membuat saya tertidur lagi setelah subuh, walaupun agak sedikit menggigil karena airnya sangat dingin. Pukul setengah tujuh pagi saya kembali terbangun, langit sudah sangat terang, dan beberapa saat kemudian petugas datang untuk menegakkan kursi dan melipat tempat tidur. Sayapun menuju kamar mandi untuk cuci muka sekaligus buang air besar. Kamar mandinya relatif bersih walaupun tisu banyak bertebaran.
Pemandangan Bukit dan Kebun di Sisi Rel (Dokpri)
Pukul tujuh lebih 45 menit kereta tiba di stasiun Eskisehir, terlambat sekitar lima menit saja dari waktu kedatangan. Sayapun turun disini untuk melanjutkan perjalanan menuju Bursa dengan bus. Stasiunnya sendiri tampak besar seperti Manggarai, banyak jalur rel kereta api menyatu disini. Begitu keluar stasiun, tampak bus Kamil Koc sudah siap menunggu penumpang tujuan Bursa. Sayapun bertanya ke supir, lagi-lagi dengan bahasa tarzan karena supirnya juga tidak bisa bahasa Inggris. Saya tanya dimana beli tiket, dia hanya menunjuk ke bus, sepertinya bayar di atas. Sayapun langsung menaruh tas di dalam bus dan kembali berjalan-jalan di sekitar stasiun.
Sunset di Kereta Api (Dokpri)
Di dalam stasiun saya lihat konter bus, langsung saya tanya apakah saya harus beli tiket. Petugas disini lebih mengerti Inggris dan langsung mengiyakan maksud saya. Dia langsung meminta paspor untuk dibuatkan tiket dan ongkos sebesar 30 TL. Untung beli tiket dan masih ada kursi kosong, kalau tidak bisa disuruh turun di tengah jalan. Setelah beli tiket sayapun segera keluar stasiun dan membeli roti untuk sarapan pagi. Tak sampai setengah jam bispun berangkat, dan sambil berjalan pramugara menyajikan minuman dan snack bagi para penumpang. Saya memilih teh panas untuk menghangatkan perut di pagi hari sekaligus menahan kembung.
Stasiun Eskisehir (Dokpri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya