[caption id="attachment_388395" align="aligncenter" width="314" caption="Suasana Menjelang Tahun Baru di Petaling Street (Kolpri)"][/caption]
Liburan tahun baru kali ini kami sekeluarga berkesempatan mengunjungi Negeri Jiran khususnya Johor dan Kuala Lumpur alias KL sekaligus mencari suasana lain di luar negeri sendiri. Perjalanan dimulai dari Johor Bahru untuk mengunjungi wahana wisata Legoland. Seharian di sana, esoknya perjalanan dilanjutkan menuju KL. Tiba di KL semula hendak menuju Genting, namun karena bis penuh, perjalanan dialihkan menuju Batu Caves, sebuah tempat wisata ibadah umat Hindu. Sepulang dari situ, mengingat waktu sudah sore dan cuaca mendung, jalan-jalan diteruskan ke KLCC untuk ber-selfie ria di depan menara kembar Petronas. Malamnya jalan-jalan ke Petaling Street untuk belanja oleh-oleh, lanjut ke jalan Alor untuk makan malam hingga menjelang tutup tahun.
[caption id="attachment_388396" align="aligncenter" width="314" caption="Sepasang Turis Meniup Trompet Tahun Baru (Kolpri)"]
Tidak seperti di negeri kita khususnya di Jakarta, tidak terlalu tampak kemeriahan perayaan tahun baru di KL. Semua berlangsung seperti hari biasa saja. Perayaan hanya dipusatkan di lokasi tertentu saja seperti di Lapangan Merdeka dan KLCC, tidak di sepanjang jalan protokol seperti di Thamrin. Sepanjang perjalanan kami seperti diceritakan tadi, jalanan tidak tampak ramai, apalagi riuh rendah suara terompet hampir tidak terdengar suaranya. Tukang jual terompet hampir tidak tampak, sangat berbeda suasana dengan Jakarta di mana terompet menjadi menu wajib tahun baru. Memang ada sedikit terdengar bunyi dentuman ringan menjelang tutup tahun, tapi tidak seramai di Ibu Kota yang dipenuhi semburan kembang api. Suara terompet terdengar sayup-sayup, tidak terlalu berisik hingga memekakkan telinga. Tidak tampak pawai atau keriuhan motor ugal-ugalan di jalan, juga sorak-sorai warga menyambut tahun baru. Hanya tampak balon-balon bertuliskan aksara Tiongkok menghiasi jalan Petaling dan Jalan Alor.
[caption id="attachment_388400" align="aligncenter" width="314" caption="Jalan Alor Sesaat Sebelum Tahun Baru (Kolpri)"]
Pagi harinya, ketika kami melintasi Lapangan Merdeka, tampak bersih sekali kondisi rerumputan hijaunya. Tak tersisa sampah-sampah bekas perayaan tahun baru pada malam harinya, hanya tenda-tenda yang sedang dirapikan, bekas acara tahun baru semalam. Begitu pula jalan lain di sekitarnya, tampak bersih tak terlihat onggokan sampah, sesuatu yang biasa terjadi di Silang Monas ketika esok paginya perayaan berakhir. Perayaan sudah usai, saatnya kembali bekerja. Tidak tampak lagi sisa-sisa kemeriahan tahun baru pada tanggal 1 Januari siang harinya. Aktivitas warga berlangsung seperti biasa dengan kecepatan kaki melangkah yang hampir membuat kami tertinggal kereta MRT.
[caption id="attachment_388418" align="aligncenter" width="314" caption="Lapangan Merdeka Kembali Bersih Usai Perayaan Tahun Baru (Kolpri)"]
Warga lokal seperti tidak terlalu antusias dengan perayaan tahun baru kali ini. Apalagi suasana Negeri Jiran sedang dilanda bencana banjir terbesar dalam 20 tahun terakhir. Berita di televisi lebih banyak menyoroti banjir dan hilangnya Air Asia QZ 8501 daripada acara tahun baru. Rasa empati terhadap para korban bencana banjir dan pesawat Air Asia tampak lebih mendominasi daripada pesta perayaan tahun baru. Negeri mereka memang sedang dirundung bencana, sejak tragedi MH 370 yang hingga kini hilang ditelan bumi, disusul dirudalnya MH 17 oleh sekelompok orang di Ukraina, banjir di hampir seluruh negeri pada penghujung tahun, dan diakhiri dengan jatuhnya pesawat Air Asia yang juga merupakan ikon penerbangan murah asal Malaysia. Rentetan bencana tersebut membuat masyarakat negeri jiran tidak terlalu antusias dalam merayakan tahun baru kali ini. Mereka lebih banyak berdoa agar bencana segera berakhir dan korban segera ditemukan.
[caption id="attachment_388435" align="aligncenter" width="314" caption="Berita Banjir Bandang di TV Nasional (Kolpri)"]
Semoga rasa itu menular ke negeri kita, di mana bencana besar juga sedang melanda, namun sebagian masyarakatnya seperti kurang peduli dan empati terhadap korban bencana tersebut. Tahun baru tak perlu dirayakan secara berlebihan, cukup dimaknai sebagai pergantian tahun menuju langkah yang lebih baik. Tak perlu ada pesta besar-besaran menyambutnya, karena tantangan semakin keras di depan mata. Ingat, AFTA sudah mulai berlaku, saatnya menyingsingkan lengan bekerja lebih keras lagi agar bisa bersaing dengan tenaga terampil dari Negeri Jiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H