Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Raffi Ahmad Sukses Mempermalukan Satgas

14 Januari 2021   23:25 Diperbarui: 15 Januari 2021   09:43 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raffi Ahmad Setelah Disuntik Vaksin (Sumber: kompas.com)

Raffi Ahmad kembali menuai kontroversi.setelah sukses mendampingi Bapak Presiden untuk disuntik vaksin pertama kali. Malam harinya dia kedapatan sedang bergembira ria di sebuah kafe bersama kawan-kawannya tanpa masker. Kebetulan ada seorang tokoh ternama lainnya yang juga ikut nimbrung dalam acara tersebut. Jadilah netizen yang maha benar ramai-ramai menghujatnya karena mengabaikan protokol kesehatan mentang-mentang sudah divaksin.

Terlepas dari sadar atau tidak, apa yang dilakukannya sukses menampar Satgas. Raffi Ahmad seolah mewakili suara sebagian besar masyarakat yang ingin kembali hidup normal setelah divaksin. Masyakarat sudah terlalu lelah dengan drakor ini dan ingin segera keluar dari krisis multidimensi yang tercipta sebagai dampak dari pandemi. Vaksin seolah merupakan dewa penolong yang sudah ditunggu-tunggu untuk segera lepas dari belenggu ketakutan terhadap virus C-19.

Istilah kasarnya, buat apa ada vaksin kalau hidup masih terus-menerus harus memakai masker dan menjaga jarak. 3M diperlukan sebagai perisai saat belum ada obat mujarab yang dapat mengalahkan virus C-19. Namun setelah ada vaksin seharusnya masyarakat sudah bisa hidup bebas dari 3M karena sudah ada antibodi di dalam tubuh. Padahal tujuan vaksinasi adalah untuk mempercepat terjadinya herd immunity pada masyarakat, lha kalau masih pakai masker bagaimana cara menyebarkannya?

Raffi Ahmad seolah menyindir satgas yang tampaknya tidak mempunyai road map yang jelas untuk keluar dari krisis pandemi. Satgas terlalu fokus pada cara-cara tertentu tapi lupa pada hakikat untuk keluar dari pandemi. Menyitir pendapat Ade Rai dalam podcast terakhir bersama Deddy Corbuzier, kita terlalu sibuk pada metode saja tapi melupakan esensinya. Satgas terlihat bekerja tanpa arah, hanya sekedar menjalankan instruksi saja.

Satgas di pusat terlalu sibuk menghitung kasus positif, mewajibkan rapid tes, mengkampanyekan vaksin termasuk memasang baliho besar-besar 'tak kenal maka tak kebal', sementara satgas di daerah sibuk mengurusi PSBB, razia swab antigen, masker, dan menggerebek kerumunan saja. TIdak ada pola yang jelas dalam penanganan wabah secara komprehensif, terstruktur, dan sistematis. Hanya masifnya saja yang digalakkan, itupun masih sebatas metode yang digunakan, belum menyentuh esensi yang sebenarnya.

PSBB berkali-kali diperpanjang namun tetap saja gagal menurunkan angka kasus positif. Alih-alih melakukan evaluasi, satgas malah dengan entengnya menyalahkan masyarakat yang mengabaikan 3M dan libur panjang. Padahal kalau mau ditelusuri lebih jauh, mereka yang terpapar dan terinfeksi virus corona sebagian justru orang yang paling taat 3M, bahkan jarang keluar rumah kecuali ke kantor saja. Sementara orang-orang yang bekerja di lapangan malah kondisinya baik-baik saja.

Tes-tes baik rapid maupun swab juga hanya membebani masyarakat terutama yang ingin bekerja dan bepergian jauh karena harganya mahal walau sudah dipatok pemerintah. Kan aneh kalau naik kereta api Jakarta-Bandung seharga 100 Ribu Rupiah, tapi harga tes nya 250 Ribu Rupiah. Itupun tidak menjamin bahwa pemegang hasil tes negatif benar-benar bebas virus, bisa saja setelah keluar ruangan tes terpapar virus di jalan. Padahal bila uang untuk tes tersebut dibelikan vitamin, daging, sayur mayur, jelas lebih bermanfaat untuk meningkatkan imun sekaligus mengusir virus dibandingkan buat tes yang hanya sekali pakai saja.

3M, 3T, dan vaksin hanyalah salah satu metode untuk keluar dari krisis. Target yang seharusnya ditetapkan adalah mengembalikan masyarakat kepada kehidupan normal lepas dari krisis pandemi, bukan sekian juta orang divaksin, PSBB, razia masker, dan tes-tes yang semakin tidak jelas juntrungannya. Untuk itu diperlukan pola hidup sehat dengan berbagai metode, seperti misalnya menghidupkan lagi gerakan 4 sehat 5 sempurna untuk meningkatkan imunitas tubuh, senam kesegaran jasmani untuk kebugaran tubuh, istirahat total atau bedrest bagi yang terpapar atau terinfeksi, vaksinasi untuk mempercepat proses herd immunity, dan sebagainya. Virus hanya bisa dilawan dengan antibodi yang kuat, karena itu berikan asupan yang sesuai untuk memperkuat antibodi.

Seperti telah berkali-kali ditulis sebelumnya, kalau pola kerja satgas masih seperti ini, jangan harap pandemi akan berakhir. Sebaliknya yang terjadi adalah negara menuju kebangkrutan karena anggaran habis dipakai untuk kegiatan yang itu-itu saja sementara pemasukan negara melalui pajak semakin tergerus karena dihentikannya aktivitas ekonomi oleh satgas. Tahun lalu saja sudah habis Seribu Trilyun Rupiah hanya untuk penanganan C-19 saja sementara hasilnya semakin memburuk. Bayangkan kalau uang sebanyak itu dibelikan makanan bergizi, vitamin, menghidupkan sarana olahraga, mungkin krisis pandemi akan selesai lebih cepat karena masyarakat telah memiliki imun yang kuat.

Terima kasih Raffi Ahmad, Anda telah membangunkan kesadaran kami untuk mempercepat penyelesaian pandemi. Tentu ini peringatan keras buat satgas agar segera mengubah strategi penanganan pandemi, jangan melulu hanya bicara 3M, 3T, vaksinasi saja. Setelah 10 bulan berlalu seharusnya sudah banyak data-data tersaji dan bisa menjadi bahan evaluasi, diolah, dianalisis, lalu buat strategi baru menuntaskan pandemi. Jangan sampai masyarakat berpikiran ada udang di balik pandemi karena terlalu sering meng'iklan'kan metode tertentu. Jangan lupa, KPK juga harus turun tangan mengurai benang kusut yang dilakukan oleh oknum tertentu yang memanfaatkan pandemi in sebagai lahan bisnis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun