Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Presiden, Kami Rindu Blusukan Bapak

1 November 2020   22:08 Diperbarui: 1 November 2020   22:23 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Menyerahkan Sertipikat Tanah di Sumut (Sumber: antaranews.com)

Presiden Jokowi terkenal dengan blusukannya di saat kunjungan kerja ke daerah-daerah. Sejak menjadi Walikota Solo, lanjut Gubernur DKI Jakarta, dan akhirnya menjadi orang nomor satu di republik ini, blusukan sudah menjadi trade mark yang sulit ditiru oleh para pemimpin lainnya di negeri ini. Bahkan ke tempat-tempat paling berbahaya sekalipun beliau sambangi, seperti mendatangi para pendemo 212 hingga menembus hutan Papua yang masih rawan GPK.

Namun pada periode kedua ini, yang terjadi justru sebaliknya. Keberanian menghadapi berbagai ancaman yang bakal menghadang fisiknya seolah sirna seiring dengan merebaknya pandemi Covid-19. Tradisi blusukan yang selama ini menjadi andalannya seolah lenyap ditelan bumi. 

Pak presiden benar-benar menerapkan prinsip 3M, menjaga jarak dengan rakyat, memakai masker yang menghalangi penciuman tajam persoalan rakyat, mencuci tangan dari berbagai permasalahan yang merupakan dampak dari pandemi. Hampir semua acara seremonial kenegaraan dilaksanakan secara virtual, seperti peresmian beberapa ruas tol dan stadion Papua Bangkit. Kalau ada kunjungan kerja sifatnya terbatas dan tidak bertemu banyak orang.

Saya percaya pada dasarnya Bapak sebenarnya sangat merasakan penderitaan rakyat akibat pandemi. Namun memang sulit untuk keluar dari tekanan orang-orang yang memiliki beribu kepentingan yang berada di sekeliling Bapak, yang mencoba untuk tetap melestarikan pandemi ini demi keuntungan pihak tertentu. Bapak bukan tipikal orang yang bisa bertindak sembrono seperti Mr. Trump atau Bolsonaro yang tampak cuek bebek di tengah pandemi walau kedua negara merupakan ranking 1 dan 2 kasus covid tertinggi di dunia.

Saya percaya bahwa Bapak memiliki perhitungan yang sangat matang agar negeri ini secepatnya keluar dari pandemi. Bapak memilih untuk tidak lockdown negara tapi diganti dengan PSBB yang lebih fleksibel, sehingga orang-orang masih bisa beraktivitas walau dalam pembatasan. Sebuah pilihan penuh resiko namun terbukti tepat karena ekonomi kita masih tergolong bagus, -5% di Q2 dan naik menjadi -1% di Q3, sebuah pencapaian yang sulit dilakukan oleh negeri tetangga yang masih tenggelam dalam keterpurukan ekonomi.

Strategi Bapak untuk memberikan vaksin kepada tenaga medis juga menjadi test on the water yang menarik, karena akhirnya mereka menyadari bahwa pemberian vaksin tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa namun harus melalui tiga tahapan uji klinis sebelum benar-benar digunakan secara massal. Toh tanpa vaksinpun tingkat kesembuhan sudah di atas 80% dan sebagian besar adalah orang yang tidak bergejala alias hanya terpapar virusnya saja. Jadi dengan kondisi demikian 

Namun saya juga memahami kuatnya tekanan terhadap Bapak, sehingga masih sulit untuk bergerak jauh, seperti menghentikan rapid tes dan swab tes sebagai persyaratan administratif dalam perjalanan maupun tugas kantor. Padahal tidak ada jaminan bagi para pemegang hasil rapid tes non reaktif atau swab tes negatif benar-benar bebas dari virus. Begitu juga dengan tes-tes yang cenderung tidak terarah dan hanya menghabiskan anggaran negara saja tanpa diiringi strategi lain untuk mengurangi penyebaran virus. 

Di satu sisi Bapak ingin masyarakat mulai bergerak, namun di sisi lain hal tersebut justru menghambat aktivitas masyarakat terutama yang sehat jasmani dan rohani namun 'tertangkap basah' reaktif atau positif. Bagaimana orang mau berwisata dengan tenang sementara harus mengeluarkan uang ekstra untuk hal-hal yang justru malah berpotensi menjadi 'jebakan batman'. Sekarang orang malas bepergian karena masih adanya syarat-syarat yang memberatkan tersebut walau sudah ada cuti bersama sekalipun. Mereka lebih suka bawa kendaraan sendiri ketimbang naik pesawat atau kereta api karena malas mengurus syarat tersebut. 

Syukurlah saya dengar ketika kunjungan kerja ke Sumut kemarin Bapak kembali menyempatkan diri untuk bertemu rakyat walau masih dalam suasana pandemi dengan berbagai keterbatasan. Saya berharap Bapak kembali bisa blusukan, melihat kondisi nyata di lapangan bahwa rakyat sudah kembali beraktivitas normal seperti biasa. Bapak jangan lagi terlena dalam sangkar emas yang meninabobokan hingga melupakan kondisi nyata di lapangan yang selama ini ditutup-tutupi oleh orang-orang di sekeliling Bapak.

Pak Presiden, ayo kembali blusukan, jangan takut dengan virus corona. Toh Bapak sendiri pernah mengatakan bahwa kita harus bisa hidup berdamai dengan corona. Hadapilah dengan 3M yang benar, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, kembalilah beraktivitas seperti biasa. Jangan lagi ada jarak dengan rakyat, bukalah pintu hati dan telinga untuk mendengar keluh kesah rakyat langsung dari sumbernya, bukan dari mulut orang-orang di sekitar Bapak yang belum tentu benar. Cucilah tangan untuk membersihkan anggaran dari para pemburu rente di tengah pandemi sekarang ini. Sekali lagi, kami rindu melihat Bapak kembali blusukan, berbincang langsung dengan rakyat, dan ambil keputusan cepat untuk segera kelaur dari krisis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun