Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, Ka'bah adalah pusat berkumpulnya jutaan umat Islam setiap tahunnya. Mulai dari haji hingga umroh, nyaris tanpa istirahat melayani umat.Â
Masjidil Haram buka 24 jam penuh melayani jamaah yang silih berganti datang untuk melaksanakan ibadah haji maupun umroh, atau sekedar untuk shalat dan berdzikir saja.Â
Bahkan dalam masa perluasan dan pengembangan masjid, jamaah tetap saja berduyun-duyun datang. Diperkirakan setiap hari ada sekitar 1 juta jamaah berada di dalam maupun sekitar Masjidil Haram. Apalagi saat musim haji, bisa dua kali lipat jumlahnya.
Petugas kebersihan melakukan kegiatannya di sela-sela jutaan umat yang sedang beribadah. Pembangunan struktur masjid juga dilakukan di tengah berjubelnya jamaah.Â
Kondisi ini tentu berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan yang menimpa jamaah akibat pembangunan tersebut. Pernah ada kejadian crane jatuh dan menimpa jamaah haji tahun 2015 yang menyebabkan 108 jamaah haji tewas dan 238 luka-luka. Crane jatuh diduga akibat angin kencang dan hujan lebat yang melanda Mekah saat itu menjelang pelaksanaan puncak haji.
Baca juga: Ketika Pusaran Energi Kabah "Terhenti"
Ibadah haji dan umroh di Mekah telah berubah menjadi bisnis besar yang sangat menggiurkan. Ibarat kampus, bisnis turunannya justru jauh lebih besar daripada ibadahnya sendiri. Mulai dari hotel, restoran, toko souvenir, taksi, laundry, dan bisnis terkait lainnya menangguk untung besar dari perhelatan yang berlangsung sepanjang tahun ini.Â
Oleh karena itu tak heran bila jasa travel umroh jumlahnya menjamur di negeri ini, bahkan ada yang nekat menyelenggarakan bisnis dengan model MLM yang akhirnya bangkrut karena tak ada lagi akar di bawahnya.
Para jamaah datang ke Mekah tidak hanya sekedar beribadah haji atau umroh saja. Mereka juga berbelanja oleh-oleh seperti baju gamis, sajadah, hingga wewangian, jam tangan, emas, dan sebagainya. Selain itu mereka juga sering jajan di restoran karena terkadang bosan dengan makanan katering.Â
Di sekeliling Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi terdapat beberapa pusat perbelanjaan, dan menjadi tempat rendezvous di antara dua waktu sholat. Misal setelah sholat Zhuhur menanti waktu Asar, para jamaah biasanya 'cuci mata' di pusat perbelanjaan tersebut atau sekedar nangkring di warung kopi atau restoran yang ada di situ.
Bisa dibayangkan bila setiap jamaah rata-rata membelanjakan uang 10 juta Rupiah saja, dengan perkiraan jamaah haji plus umroh tiap tahunnya sekitar 30 juta orang, berarti ada uang sekitar 300 Trilyun berputar. Itu belum termasuk hotel dan transportasi lainnya yang termasuk dalam biaya umroh atau haji.Â