Sejak pandemi corona merebak di Indonesia, pemerintah langsung mengimbau tempat-tempat yang berpotensi mengumpulkan massa seperti tempat ibadah untuk sementara ditutup terlebih dahulu.
Kegiatan keagamaan dilangsungkan di rumah saja selama masa PSBB berlangsung untuk menghindari timbulnya kluster, karena salah satu kluster besar yang menjadi penyebab menyebarkan virus corona adalah kegiatan keagamaan seperti kluster Gowa dan Lembang.
Di lingkungan kampung saya sendiri terdapat beberapa masjid yang jaraknya tak terlalu jauh satu sama lain, sekitar radius satu kilometer saja. Pada saat PSBB berlangsung, sebagian masjid terutama yang berada di tepi jalan tutup sementara untuk kegiatan sholat jumat dan sholat berjemaah lainnya.
Sementara masjid yang berada di dalam kampung, di gang-gang masih melaksanakan sholat Jumat dan berjemaah walau dilakukan secara diam-diam. Azan tidak terlalu keras dan di depan masjid dipasang pengumuman untuk tidak melaksanakan sholat Jumat dan tarawih.
Masjid yang berada di dalam kampung tetap memberanikan diri buka karena jemaahnya berasal dari kampung setempat dan nyaris tak ada orang luar yang mampir karena letaknya di dalam gang sempit tak terlihat dari jalan besar.
Sementara masjid di tepi jalan terpaksa ditutup, dan kegiatan ibadah dialihkan di lahan kosong sebelah masjid yang tak terlihat dari tepi jalan sehingga hanya orang-orang yang tinggal dekat masjid saja yang tahu.
Bersyukurnya, di lingkungan kampung kami belum ada satupun yang terpapar virus corona sehingga masih relatif aman untuk beribadah secara berjemaah.
Memang kami sempat khawatir karena di kampung sebelah ada seorang perawat yang positif Covid-19 dan diisolasi di rumah sakit, sementara keluarganya melakukan isolasi mandiri di rumah.
Sebuah masjid yang terletak tak jauh dari rumahnya pun tutup, dan sebagian jemaahnya pindah ke masjid lain atau tidak melaksanakan sholat Jumat. Namun setelah pasien tersebut sembuh dan keluarganya selesai isolasi, tak ada lagi penambahan kasus baru di kampungnya.
Setelah pemerintah resmi mengizinkan pelaksanaan ibadah di tempat ibadah, masjid kembali ramai. Namun ada hal yang berbeda kali ini, di dalam masjid diberi tanda silang seperti kursi-kursi di tempat tunggu stasiun atau di dalam bis kota.Â
Jadi para jemaah sholat di antara kedua tanda tersebut dengan jarak sekitar satu meter. Akibatnya jemaah membludak sampai ke luar masjid, padahal sebelum pandemi para jemaah masih bisa ditampung di dalam masjid yang berlantai dua tersebut. Karpet juga sudah tidak dipasang lagi, sebagai gantinya jamaah kudu bawa sajadah masing-masing.