Kehidupan setelah berakhirnya wabah Covid19 bakal berubah total dan menjadi sebuah kebiasaan baru yang populer disebut sebagai new normal. Sebuah kenormalan baru yang nantinya lebih mengedepankan teknologi informasi alias menggunakan internet sebagai ujung tombak interaksi antar manusia karena harus menjaga jarak fisik maupun sosial dalam kehidupan nyata.
Berbagai interaksi manusia yang selama ini terjadi secara offline atau tatap muka berangsur-angsur akan berubah menjadi online termasuk silaturahmi lebaran seperti mudik online yang lagi viral sekarang ini. Tradisi saling memaafkan, saling mengunjungi keluarga, saudara, dan handai taulan yang selama ini ketemu langsung dengan pulang kampung bakal berubah menjadi saling memaafkan secara virtual.
Baca juga: Hape, Sinyal, dan Pintar, Kunci Sukses Mudik Digital
Namun seperti tulisan saya sebelumnya di sini, perlu kesiapan semua pihak untuk melaksanakan tradisi baru tersebut. Kesiapan tersebut meliputi hardware berupa hape atau perangkat komunikasi lainnya seperti laptop atau komputer PC, dan menara BTS yang tersedia di setiap tempat. Lalu software baik aplikasi, kuota, hingga sinyal yang kuat di kampung halaman. Terakhir brainware yaitu kemampuan manusia yang mengoperasikan HW dan SW tersebut.
Sayangnya memang belum semua orang mengerti bagaimana caranya berlebaran secara online. Apalagi untuk orang-orang tua yang hidup dari zaman kolonial, mungkin malah tidak paham bagaimana cara menggunakan hape untuk berkomunikasi secara virtual. Mereka sudah terbiasa untuk bertatap muka, bertemu langsung, salaman dan peluk cium mesra. Rasanya aneh kalau kebiasaan tersebut tiba-tiba berubah menjadi ngobrol online di depan layar hape atau komputer masing-masing.
Memang pasti ada yang hilang dari tradisi lama dan mungkin tidak mudah untuk dikonversi menjadi tradisi baru. Kebiasaan pulang kampung, mengunjungi rumah orang tua, sanak saudara, dan teman di kampung berganti menjadi komunikasi virtual lewat layar kaca. Biasanya bermacet-macet ria saat pulang kampung berubah menjadi macet sinyal alias delay akibat padatnya jaringan telekomunikasi. Biasa mudik sekalian wisata alam, sekarang mudik dan wisata virtual.
Dalam situasi sulit seperti sekarang ini, lebih baik tidak mudik offline dulu karena dikhawatirkan akan menyebarkan virus corona ke kampung halaman. Jadi mau tidak mau suka tak suka harus dilakukan lebaran online untuk menggantikan kewajiban mudik offline tersebut. Memang berat mengubah sebuah tradisi yang sudah belasan bahkan puluhan tahun dijalani tiba-tiba dipaksa untuk mengubah haluan yang berlawanan dari kebiasaan sebelumnya.
Untuk itu perlu ada penyesuaian tradisi dari offline ke online. Anak-anak muda di kampung halaman yang mungkin sudah agak paham aplikasi bisa mengajarkan atau paling tidak membantu mengoperasikan hape atau komputer untuk orang tuanya. Kalau mereka belum mengerti bisa juga pakai aplikasi sederhana seperti WA yang bisa grup call, tidak perlu aplikasi canggih untuk berkomunikasi. Setelah itu mereka bisa meningkatkan ilmunya dengan belajar online untuk mempelajari aplikasi komunikasi seperti Zoom, Skype, atau Google Duo.
Selain itu perlu diberikan pengertian juga kepada para orang tua di kampung mengapa anak mantu atau keponakan di kota tidak pulang kampung. Mereka perlu diberikan pemahaman bahwa apabila orang kota memaksakan diri mudik ke kampung halaman dapat berpotensi menularkan penyakit covid19 pada mereka sendiri. Jangan sampai para orang tua tersebut tersinggung karena hanya ditelpon saja, tidak ketemu langsung di kampung halaman.
Lalu apa untungnya lebaran online? Yang pasti berhemat waktu, tenaga, dan juga uang. Dengan lebaran online kita tak perlu keluar biaya transportasi, buang waktu di jalan, serta kelelahan yang dapat mengakibatkan turunnya imunitas. Uang yang dihemat bisa dikonversi ke hal lain yang lebih bermanfaat seperti menyumbang saudara yang dalam kesulitan, Kesehatan bisa tetap dijaga karena tidak pergi jauh yang bisa menyebabkan kelelahan fisik. Waktu luang juga bisa digunakan untuk kegiatan lain yang lebih produktif seperti menulis, berkebun, atau menyalurkan hobi lainnya.
Di masa datang, lebaran online bisa menjadi tradisi baru dalam peradaban new normal. Semua dilakukan secara online termasuk memberikan angpau pada keponakan atau membayar zakat serta sedekah. Makanan bisa dikirim via aplikasi online, demikian juga parcel lebaran. Semua menjadi serba praktis dengan memanfaatkan teknologi informasi yang semakin canggih.