Satu demi satu kabar baik mulai datang dalam penanganan wabah Covid19 ini. Salah satunya berasal dari Provinsi Bali yang sejauh ini sukses mengendalikan penyebaran covid 19 di wilayahnya.Â
Hingga saat ini (13/05/2020) jumlah terkonfirmasi 332 orang, dengan jumlah yang sembuh 220 orang dan meninggal hanya 4 orang, itupun 2 orang WNA. Hebatnya pengendalian ini dilakukan tanpa harus melaksanakan PSBB seperti di daerah lainnya. Lalu apa kunci sukses Bali dalam menangani penyebaran virus Covid19 ini?
Sebagaimana dikutip detik.com (1), strategi yang dilakukan Pemprov Bali, seperti disampaikan Koster dalam video conference di atas (2), adalah menyiapkan pola penanganan yang terdiri dari tiga level. Level pertama menerbitkan kebijakan di tingkat provinsi berupa instruksi dan himbauan.Â
Level kedua di tingkat kabupaten kota sebagai koordinator di lapangan. Terakhir level tiga di tingkat desa adat dengan membentuk satgas gotong royong sebagai pelaksana pengendalian pergerakan orang di wilayahnya.
Kunci sukses utamanya adalah memanfaatkan kearifan lokal dengan memaksimalkan potensi desa adat untuk meredam penyebaran virus. Bali sendiri masih berlaku hukum adat yang memiliki pedoman cara penanganan wabah secara ritual.Â
Hukum adat inilah yang dipatuhi oleh warga Bali dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari yang berpedoman pada ritual tersebut, disamping menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah seperti menggunakan masker dan menjaga jarak.
Sejak kasus pertama terkonfirmasi, pemprov Bali langsung bertindak cepat dengan membentuk satgas gotong royong di setiap desa adat dan memetakan sumber masalah serta transmisi penularannya di mana saja, dan segera melakukan rapid tes sampel di beberapa wilayah.Â
Selain itu dilakukan juga pemetaan dan tracking terhadap setiap kasus yang terkonfirmasi karena sebagian besar kasusnya berasal dari luar seperti PMI atau ABK yang bekerja di luar negeri.Â
Satgas gotong royongpun bisa langsung melakukan isolasi terhadap wilayah yang terkontaminasi agar tidak menyebar ke tempat lain. Sebagai contoh adalah Desa Abuan di Kabupaten Bangli langsung melaksanakan karantina wilayah begitu hasil rapid tes menunjukkan tingginya jumlah warga yang positif terpapar virus Covid19 (3).Â
Kebutuhan warga disuplai dari dapur umum yang dibangun oleh Kodim setempat selama masa karantina. Hal ini berarti bahwa karantina wilayah bisa dilakukan sesuai dengan kondisi dalam skala kecil sehingga tidak mengganggu aktivitas warga lainnya.
Fasilitas kesehatan juga langsung disiapkan dengan 392 tempat tidur yang tersebar di 13 rumah sakit rujukan. Di samping itu juga sudah tersedia fasiltias laboratorium untuk uji swab PCR di RSUD Sanglah, RS Unud, dan FKIK Universitas Warmadewa.Â