Makhluk yang dapat bertahan hidup bukanlah makhluk yang kuat, tetapi yang mampu beradaptasi terhadap perubahan (Teori Evolusi Darwin)
Pada dasarnya manusia termasuk makhluk yang adaptif, yang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Saya pernah tinggal tak jauh dari TPA Bantargebang, tempat pembuangan sampahnya warga DKI Jakarta yang sekarang tingginya saja sudah setara dengan rumah susun. Walau rumah saya masih dalam radius 5 Km namun hampir tiap malam baunya terasa menusuk hidung. Lalu bagaimana orang-orang yang tinggal di dekat TPA tersebut.
Beberapa kali saya mengunjungi TPA Bantargebang untuk urusan dinas, dan bagi yang pertama kali kesana perut akan terasa mual, ingin muntah rasanya saat mencium baunya yang aduhai. Walaupun sudah menggunakan masker, tetap saja baunya tembus hingga paru-paru. Batuk-batukpun tak terhindarkan untuk mengusir virus dan bakteri yang mencoba ikut nebeng mengotori hidung dan paru-paru. Untungnya saya bisa bertahan hingga kembali pulang.
Namun sampai di rumah tubuh rasanya lemas ketika pertama kali pulang dari Bantargebang. Kepala pusing nyut-nyutan, nafas sesak, perut mules, dan baunya itu masih menempel di baju dan tubuh sehingga terpaksa harus mandi untuk menghilangkannya.Â
Seharian saya terpaksa beristirahat total untuk menghindari flu karena masih batuk dan pilek. Hidung meler dan tidurpun sulit, harus bolak balik agar bisa tetap bernafas. Walau demikian saya lebih memilih istirahat ketimbang ke dokter karena situasi masih terkendali dan belum sampai demam tinggi.
Mungkin karena sudah pernah ke sana, pada kunjungan kedua saya tak terlalu peduli lagi akan bau yang menyengat. Sepertinya tubuh sudah mulai bisa beradaptasi walau tetap saja batuk-batuk  serta baunya masih menusuk hidung dan membuat gatal-gatal di saluran tenggorokan. Demikian juga kunjungan selanjutnya saya tidak terlalu mengkhawatirkan lagi bau yang menusuk hidung dan virus serta bakteri yang bakal meracuni tubuh karena mungkin antibodinya sudah terbentuk.
Saya salut dengan para pemulung dan pegawai yang bekerja di lingkungan TPA. Setiap hari mereka harus berhadapan dengan bau, virus, bakteri, dan macam-macam kotoran. Sebagian memakai masker, sebagian lainnya seperti sudah cuek dengan kondisi yang ada, tanpa masker dan tetap ngebul serta ngopi di warung yang terletak di sudut TPA. Apakah mereka tidak takut terkena penyakit menular seperti flu, TBC, DBD, dan sebagainya?
Kalau yang pegawai mengatakan sudah resiko tugas, jadi apapun kondisinya harus siap sedia. Lain lagi dengan pemulung yang memang sudah menjadi profesi sehari-hari. Kalau tidak mulung berarti tidak makan, jadi mereka harus bertahan agar tetap hidup di tengah kotoran sampah yang semakin menggunung.Â
Apakah ada yang meninggal, pastinya ada, yang sakit apalagi, cukup banyak. Namun karena sudah terbiasa di lingkungan seperti itu, lama kelamaan kebal juga akhirnya. Mereka yang bertahan itulah yang mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Demikian pula dengan orang-orang yang tinggal di lingkungan kumuh, saya perhatikan mereka justru lebih kebal penyakit ketimbang orang-orang yang tinggal di perumahan kelas menengah ke atas. Mereka jarang ke dokter dan tampak sehat-sehat saja, walau mungkin di dalam tubuhnya tersimpan berbagai virus dan bakteri yang hidup di lingkungan kumuh tersebut.Â