Awal bulan Ramadhan ini anak saya tiba-tiba terkena demam tinggi. Sejak sekolah diliburkan satu setengah bulan lalu dia jadi sering begadang dan tidur tidak teratur, kadang pagi dan siang hari justru tidur lelap. Akibatnya jelas, hari pertama puasa kepalanya pusing setelah bangun dari tidur siang. Kepalanya panas pertanda demam. Kadang suara batuk keluar dari mulutnya walau tanpa dahak.
Jujur gara-gara wabah corona saya jadi agak paranoid, khawatir terpapar virus tersebut karena tanda-tandanya agak mirip. Padahal sudah dua minggu dia tidak pernah keluar rumah. Selama ini cuma saya saja yang keluar rumah, itupun hanya seminggu sekali piket ke kantor. Terakhir keluar dua minggu lalu hanya untuk berbelanja buat persiapan Ramadhan. Selebihnya full ada di rumah bersama keluarga dari pagi hingga malam hari dan menjalani hari-hari di rumah saja selama satu setengah bulan terakhir.
Dalam kondisi wabah seperti sekarang ini, pergi ke dokter atau rumah sakit bukanlah tindakan bijak. Lebih baik berobat mandiri dulu sambil melihat kondisi selama 2-3 hari ke depan. Biasanya saya juga demikian, kalau terkena demam atau flu lebih baik istirahat total dan minum teh panas serta dikompres, kalau masih panas dalam 2-3 hari baru minum obat yang mengandung parasetamol.
Sayapun menyuruh dia rebahan dan minum teh panas yang disertaai dengan suplemen herbal dan parasetamol saat berbuka puasa dan sahur. Setelah itu saya minta untuk rebahan saja di tempat tidur, jangan pegang hape dulu, kalau tidak bisa tidur lebih baik baca buku hingga ketiduran. Hari kedua dia tetap sahur dan berpuasa walau dalam kondisi masih demam. Namun saya selalu mengawasinya agar tetap rebahan dan tidur cukup, mulai jam sembilan malam hingga waktu sahur, lalu dilanjutkan setelah sholat Subuh tidur hingga sekitar jam 10 pagi.
Siang hari setelah menunaikan ibadah solat Zuhur saya minta untuk kembali rebahan sekalian tidur siang. Alhamdulillah sore hari demamnya sudah mulai turun walau masih agak panas. Saat berbuka puasa tak lupa minum teh panas sambil minum suplemen herbal dan obat kembali. Sholat tarawih dan witirpun tetap diikuti walau belum sembuh benar. Demikian pula saat sahur tak lupa minum minuman yang sama dan pola rebahan yang sama pula setelah sholat subuh.
Hari ketiga setelah bangun dari tidur siang, suhu tubuhnya sudah kemballi normal. Namun demi keamanan tetap dilarang untuk minum minuman dingin dan tetap mengkonsumsi teh hangat dengan suplemen, namun sudah berhenti minum obat. Malamnya tampak sudah kembali segar walau tetap saya larang untuk tidur terlalu malam, kali ini hanya ditambah satu jam menjadi jam 10 malam untuk tidur. Esoknya wajahnya tampak ceria tanda demam benar-benar sudah hilang dari tubuhnya.
Saat berbukapun dia sudah berani minum minuman dingin dan tidak ada masalah hingga hari ini. Alhamdulillah hanya dalam waktu kurang dari tiga hari penyakit demamnya sembuh total dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Seperti dugaan saya, panas tubuhnya terjadi karena tidur terlalu malam akibat sering bedagang sehingga terpapar angin malam yang kurang sehat. Saya juga bersyukur yang lain tetap sehat tidak ada yang ikut-ikutan sakit karena kami memang tidak ada keluar rumah sejak awal Ramadhan.
Saya sendiri termasuk sangat jarang ke dokter, terakhir setahun lalu, itupun setelah lima tahun tidak ke dokter, dan sebelumnya lima tahun juga tidak ke dokter. Demikian juga dengan keluarga, kalau tidak parah-parah amat mending rebahan dulu, minum air panas atau hangat. Kalau 1-2 hari belum turun panasnya baru minum obat ringan. Kalau lebih dari 3-4 hari belum turun panasnya juga, barulah dibawa ke dokter.
Jadi mumpung lagi pada di rumah aja, kalau agak demam ringan atau tubuh mulai agak panas, segeralah rebahan. Siapkan teh panas dan kompres untuk menurunkan suhu sekaligus mengeluarkan panas melalui keringat. Jangan terlalu paranoid dan panik, tenangkan pikiran, istirahat yang banyak, bacalah atau tontonlah hal-hal yang bermanfaat dan menyenangkan. Jangan menonton atau membaca kabar buruk karena justru akan melemahkan daya tahan tubuh.
Ingat, di masa pandemi sekarang ini, selama belum ada vaksin, peningkatan daya tahan tubuh menjadi sangat penting karena itulah satu-satunya obat yang bisa dipakai saat ini. Oleh karena itu jagalah kondisi fisik dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, berolahraga ringan dan berjemur di pagi hari, istirahat cukup selama 6-8 jam sehari termasuk tidur siang. Rebahan bukan sekedar menjadi gaya hidup tetapi juga obat untuk menyembuhkan demam ringan di bulan puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H