Dibalik kesulitan selalu ada kemudahan, bersama kesulitan selalu ada kemudahan. (Surat Al Insyirah: 5-6)
Sejak epidemi virus corona merebak awal tahun ini, bayang-bayang resesi ekonomi sudah mulai tampak di depan mata. Kegiatan penerbangan merupakan salah satu industri yang paling terpukul sebagai dampak langsung dari epidemi tersebut.Â
Sementara itu industri lainnya juga mulai terdampak mengingat hampir separuh kebutuhan barang-barang di dunia dipasok dari daratan Tiongkok yang menjadi sumber malapetaka tersebut. Banyak industri yang angkat kaki memindahkan lokasi produksinya dari Tiongkok ke negara lain yang relatif lebih aman.
Di sisi lain, Indonesia sedang gencar-gencarnya memancing investasi dari luar negeri. Salah satunya adalah mempermudah perizinan yang ditengarai selama ini menjadi momok menakutkan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.Â
Penyusunan omnibus law sebagai payung hukum yang akan membuka keran investasi sekaligus lapangan kerja merupakan terobosan yang akan membuka segala hambatan perizinan yang selama ini membelenggu.
* * * *
Selalu ada peluang di setiap kejadian buruk atau musibah yang dialami suatu kaum, apabila kaum tersebut mampu memanfaatkan peluang tersebut. Indonesia adalah negara kaya sumberdaya alam serta jumlah sumberdaya manusia yang cukup besar.
Namun potensi tersebut selama ini tenggelam oleh hiruk pikuk persoalan politik yang tiada habisnya. Di samping itu ketergantungan impor masih sangat tinggi, apalagi dari Tiongkok yang sudah mencapai sekitar 30% menurut data BPS Juli 2019.
Ibarat blessing in disguise, runtuhnya industri di Tiongkok seharusnya dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh Indonesia untuk meningkatkan produksi dalam negeri sekaligus ekspor serta menarik investasi asing yang sedang ketakutan ke negeri ini.
Bicara infrastruktur Indonesia boleh dikatakan sudah sangat siap, mulai dari pelabuhan hingga jalan tol yang akan mendistribusikan barang-barang produksi dalam negeri ke luar negeri.Â