Sejak pindah ke daerah Ciledug sepuluh tahun lalu, saya sudah diwanti-wanti kalau daerah tersebut rawan banjir. Oleh karena itu saat membangun rumah sengaja tanahnya ditinggikan untuk menghindari banjir yang sering menggenangi jalan di depan rumah.Â
Walau jalan depan rumah sering tergenang, namun tak pernah sekalipun air mampir ke rumah kami karena memang sudah ditinggikan sebelumnya. Bahkan saat hujan lebat sekalipun termasuk kejadian tahun 2013 saat banjir besar tiba, rumah kami masih selamat dari amukan banjir, hanya sedikit genangan di halaman rumah saja.
Namun situasi mulai berubah ketika jalan di depan rumah di beton dan saluran air sekunder di samping jalan utama dekat rumah dinormalisasi alias dibeton juga.Â
Lebar saluran air semakin sempit karena termakan oleh beton di sisi kiri dan kanannya, serta kedalamannya semakin dangkal karena bertambah banyaknya lumpur mengendap yang nyaris tak pernah diangkat atau dikeruk oleh dinas terkait.
Pemda setempat hanya melakukan betonisasi tanpa memperdalam saluran sehingga saluran tersier dari rumah atau gang posisinya menjadi lebih dalam dari saluran sekunder.
Akibatnya mulai terasa saat hujan lebat dan berlangsung lama seperti kejadian tahun baru kemarin. Saluran sekunder yang mengecil tersebut tak lagi mampu menampung derasnya air dari hulu hingga melimpahkannya ke saluran tersier yang terdapat di gang-gang.Â
Semua jadi terbolak-balik. Air dari saluran sekunder malah masuk ke saluran tersier menyebabkan genangan pada permukaan jalan yang berimbas masuk ke rumah-rumah penduduk di sekitarnya.
Awalnya saya berpikir mungkin kejadian di awal tahun baru itu hanyalah musibah besar yang terjadi setiap 5-7 tahun sekali seperti kejadian tahun 2007 dan 2013. Namun ternyata pada hari Selasa dini hari lalu (25/02/2020) terjadi lagi banjir nyaris seperti awal tahun baru.
Padahal hujan lebat baru dimulai pukul 11 malam. Tidak seperti tahun baru yang dimulai sejak sore, reda sejenak dan kembali membesar pukul 9 malam harinya. Air masuk ke halaman rumah pukul 2 malam saat saya terjaga dari tidur akibat hujan deras tiada henti.
Mobil pun terpaksa dipindahkan ke ujung jalan yang lebih tinggi dan ketika kembali ke rumah banjir di jalan sudah setinggi betis. Sejak itu saya tak bisa tidur lagi dan segera memindahkan barang-barang lain ke lantai atas termasuk kasur dan pakaian di lemari untuk mengantisipasi kejadian serupa awal tahun ini.
Setiap jam saya pantau halaman dan air terus meninggi hingga menyentuh teras bawah rumah. Jam 5 pagi air nyaris masuk ke dalam rumah dan sudah sampai teras depan.