Pendukung JK rata-rata kaum terpelajar perkotaan yang memang menginginkan perubahan, termasuk sebagian penulis di Kompasiana. Sementara pendukung SBY lebih banyak berasal dari masyarakat perdesaan dan para elite yang ingin melanggengkan kekuasaan mereka di balik nama besar SBY.Â
Perdebatan panas terjadi antara SBY dan JK, saling sindir antar pendukungnya cukup ramai di twitter, sementara pasangan satu lagi justru tampak kalem dan tak banyak bicara.Â
Namun anehnya hasil pilpres 2009 suara JK justru jeblok bahkan di bawah pasangan Megawati-Prabowo dan hanya meraih 12,5 % suara saja. Padahal yang bertarung seru justru SBY vs JK, bukan Megawati. Keanehan itulah yang hingga saat ini masih menjadi misteri.
Lima tahun berlalu, muncullah sosok Jokowi yang dianggap membawa angin perubahan pada pilpres 2014.Â
Jokowi yang bingung memilih pasangan akhirnya meminang Pak JK karena dianggap memiliki karakter sama yang diperlukan untuk mempercepat pembangunan yang relatif berjalan stagnan selama masa pemerintahan SBY.Â
Kecepatan JK diperlukan untuk mengimbangi langkah-langkah Jokowi yang ingin menuntaskan berbagai rencana yang telah disusun selama pemerintahan sebelumnya.
Berbeda dengan saat mendampingi SBY, kali JK justru lebih banyak berada di belakang layar. Praktis tak banyak kontroversi yang dibuat oleh beliau selama mendampingi Jokowi.Â
Justru slogan "Lebih Cepat Lebih Baik" malah diadopsi oleh pak Basuki dengan motonya "Bekerja Keras, Bergerak Cepat, Bertindak Tepat" disamping moto pak Jokowi "Kerja, Kerja, Kerja" yang diartikan sebagai bekerja lebih cepat untuk memperoleh hasil yang lebih banyak dari pemerintah sebelumnya.
Kecepatan kerja pasangan Jokowi-JK memang membuahkan hasil pembangunan infrastruktur yang masif baik di Jawa maupun luar Jawa. Namun sayangnya tidak semua menteri mampu mengikuti irama lari pasangan tersebut sehingga beberapa kali terjadi reshuffle kabinet.Â
Justru para menteri yang tampak kurang bersinergi satu dengan lainnya. Ibarat lokomotif shinkansen harus menghela gerbong ekonomi, itulah gambaran kabinet kerja saat ini seperti pernah saya tulis di sini.
Sayangnya, JK terbentur aturan yang melarang beliau untuk kembali mendampingi Jokowi di periode kedua ini. Walau ada silang pendapat, ketentuan bahwa wakil presiden hanya bisa menjabat selama dua periode membuat beliau harus merelakan posisinya digantikan oleh Ma'ruf Amin.Â