Tak ada gunanya otonomi daerah karena para kepala daerah sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang ke luar negeri, ada yang cuma bisa berdoa memohon hujan, ada yang hanya bisa mengeluh, ada pula yang mengail di air keruh.Â
Sementara aparat keamanan sibuk menangkapi para pelaku di lapangan tanpa pernah bisa menyentuh biang keladinya. Para aparatur di bawahnya lebih suka libur dengan alasan takut terpapar asap daripada bahu membahu memadamkan asap.
Sudah beberapa tahun terakhir kabut asap mulai menghilang dari bumi Nusantara tercinta ini, eh tiba-tiba menjelang pelantikan periode kedua kabut asap kembali muncul.Â
Entah siapa yang memulai, namun paparan asapnya merajalela bahkan hingga ke negeri tetangga. Malaysia dan Singapura mulai gerah dengan kiriman asap asal Indonesia.Â
Bahkan Mahathir sampai turun tangan untuk menyikat perusahaan Malaysia di Indonesia yang terlibat dalam pembakaran lahan untuk keperluan sawit seperti dikutip dari Detik.
Sejak kabut menghilang, pemerintah sepertinya terlena dan menganggap bencana tersebut sudah berlalu. Kalaupun ada sifatnya lokal dan bisa diatasi dengan segera oleh aparatur setempat.Â
Namun kali ini kabut asap kembali mengganas dan nyaris menenggelamkan dua pulau besar berikut negeri tetangga dan pemerintah terlambat mengantisipasi besaran bencana yang kian meluas tersebut.
Sebenarnya masalah utama terjadinya lagi pembakaran hutan ini bukan terletak pada pelakunya, tapi pada sikap pemerintah yang tidak tegas dan cepat dalam menangani kasus ini.Â
Para pembakar yang tertangkap rata-rata hanya pelaku lapangan yang dihukum ringan, sementara perusahaannya masih tetap beroperasi seperti biasa, paling mentok hanya disegel sementara.Â
Tidak ada keberanian pemerintah untuk mem-black list dan bila perlu membubarkan perusahaan lokal atau mengusir pengusaha asing yang masih nekat membakar hutan. Ancaman hanya sebatas di mulut saja tanpa tindakan nyata.
Ketidaktegasan tersebut membuat pembakaran hutan terus berulang dan pemerintah kembali sibuk memadamkan api tanpa solusi menyeluruh.Â