Biasanya setiap melakukan perjalanan udara saya selalu menggunakan jasa Garuda karena faktor keamanan dan kenyamanan. Namun kali ini saya cukup kaget ketika kemarin memesan tiket Garuda tujuan Kupang harganya masih bertengger di batas atas.
Menurut agen penjualan tiket Garuda tidak lagi menjual tiket di bawah kelas Y, artinya tidak ada lagi tiket promo atau kelas lain selain kelas Yankee yang harganya memang dipatok sesuai tarif batas atas. Biasanya harga tiket sekitar 5-6 juta pp, sekarang sudah di atas 7 juta pp, lebih murah pergi ke Bangkok, bahkan ke Istanbul dengan maskapai full service tapi harga promo atau kelas yang lebih rendah.
Setelah saya cek di websitenya, ternyata benar bahwa Garuda sekarang hanya menerapkan satu kelas tiket ekonomi saja, bahkan untuk penerbangan satu dua bulan ke depan sekalipun.
Biasanya ada 3-4 kelas harga tiket untuk setiap penerbangan, masing-masing tentu ada jatahnya dan akan terlihat kalau harga tiket promo sudah sold out. Kali ini kelas promo tersebut benar-benar hilang dari peredaran, padahal maskapai lain sejenis masih menerapkan beberapa tingkatan kelas ekonomi.
Maskapai lain memang sudah menurunkan harga tiket, tapi dikompensasi dengan menambahkan tiket bagasi sehingga bila dihitung harganya hampir sama dengan tarif batas atas bila kita membawa barang dengan berat maksimal gratis pada maskapai full service (20 Kg). Jadi apa yang disampaikan di media bahwa tiket pesawat mulai turun hanya isapan jempol belaka.
Dampaknya mulai terasa terutama buat industri wisata dan industri terkait dengan penerbangan. Penumpang sebelah bangku saya bercerita kalau sebenarnya dia baru terbang besok, namun mungkin karena sepi penumpang dimajukan satu hari dan berangkat sore hari.
Benar saja, jumlah penumpang yang ramai hanya sampai Surabaya, selanjutnya dari Surabaya ke Kupang hanya terisi separuhnya saja. Jadi wajar kalau penerbangan dialihkan harinya, padahal Garuda merupakan maskapai full service yang sangat jarang sekali memindahkan jadwal penerbangan.
Sewaktu mampir ke Ende, ternyata Garuda juga sudah tidak melayani penerbangan ke Ende baik dari Kupang maupun Denpasar atau Labuan Bajo karena sepinya penumpang akibat mahalnya harga tiket. Selain itu wacana menaikkan harga tiket masuk ke Pulau Komodo juga turut memperparah sepinya wisatawan yang akan berkunjung ke Flores.
Padahal Ende dan Kelimutu sangat bergantung pada wisatawan yang berkunjung ke Pulau Komodo karena biasanya menjadi satu paket yang ditawarkan oleh biro perjalanan wisata terutama di luar negeri.
Saat mendaki gunung Kelimutu saat libur Nyepi kemarin, suasana benar-benar sepi, hanya tampak beberapa pendaki saja, mungkin karena saya naik setelah sunrise.
Namun ketika ngobrol dengan emak-emak penjual kopi di puncak Kelimutu, mereka mengeluh karena sejak tahun baru jumlah wisatawan menurun drastis. Hari-hari libur tidak lagi ramai seperti dulu, hanya beberapa puluh orang saja yang mendaki, bahkan yang hendak menanti sunrise sekalipun.