Kemudian Jokowi dengan Nawacitanya berupaya membangun infrastruktur dari wilayah pinggiran agar dapat mengejar ketertinggalan dari wilayah lain. Sayangnya pembangunan yang dilakukan masih bersifat fisik namun belum menyentuh pembangunan manusianya.Â
Pendekatan keamanan masih dikedepankan dalam menghadapi KKB Papua, sementara pembangunan SDM di wilayah tersebut boleh dibilang masih jalan di tempat.
 Akibatnya tak heran masih sering terjadi penembakan terhadap para pekerja yang membangun jalan Trans Papua, puncaknya terjadi pada hari Minggu (2/12/2018) lalu yang menewaskan puluhan pekerja.
Saya jadi teringat mengapa Timor Timur melepaskan diri dari Indonesia pada saat jajak pendapat lalu. Ketika bertugas di Kupang dan sempat bertandang ke perbatasan, warga Timor Timur sebagian besar lebih memilih lepas dari Indonesia karena seringnya terjadi kekerasan fisik terhadap penduduk setempat.
Ssementara sewaktu dijajah Portugis boleh dibilang situasi berlangsung aman damai, nyaris tiada kekerasan terjadi. Pendekatan miiter mungkin efektif dalam jangka pendek, namun bisa menimbulkan trauma dalam jangka panjang.
Situasi inilah yang terjadi di Papua sekarang ini. Ketika sebagian kecil orang menginginkan kemerdekaan, pemerintah sendiri belum mampu mensejahterakan penduduk lokalnya.Â
Sejauh pengamatan saya saat berkunjung ke sana, kebanyakan mereka yang berhasil di Papua justru orang dari luar Papua, sementara orang Papua sendiri masih termarjinalkan sehingga menimbulkan kecemburuan sosial yang bisa meledak sewaktu-waktu.Â
Akibatnya timbul berbagai peristiwa penembakan sebagai ungkapan kekecewaan kepada pemerintah sekaligus keinginan untuk merdeka yang semakin kuat.
Peristiwa 2 Desember tersebut seperti menjadi kode keras bagi pemerintah agar lebih memperhatikan lagi pembangunan manusia di Papua, meningkatkan kemampuan dan keterampilan agar bisa hidup mandiri.Â
Pada dasarnya orang Papua sangat baik dan ramah, namun memang cenderung perasa dan mudah sakit hati bila diperlakukan kurang baik.Â
Oleh karena itu perlu adanya pendekatan kemanusiaan, tidak hanya sekedar bantuan namun juga pendampingan hingga mereka bisa mandiri seperti etnis lainnya yang sama-sama tinggal di Papua.