Infrastruktur ibarat urat nadi yang mengalirkan darah segar untuk menghidupkan raga. Keberadaan infrastruktur diperlukan untuk menghidupkan sebuah wilayah beserta manusia yang berada di dalamnya. Tanpa infrastruktur tidak akan ada pembangunan sehingga wilayah tersebut akan selamanya tertinggal dari daerah lainnya.
Sebagai sebuah perusahaan yang beroperasi di wilayah pedalaman Papua, PT Freeport Indonesia memiliki beberapa program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan bekerjasama dengan mitra baik dikelola oleh masyarakat setempat maupun pihak lain yang ingin terlibat aktif di dalamnya.
Ada beberapa program di bidang kesehatan, ekonomi, maupun pendidikan yang dilaksanakan oleh para mitra dengan masyarakat setempat. Sementara PT Freeport Indonesia menyediakan infrastruktur yang memadai untuk mendukung berjalannya semua program tersebut.
Di dataran tinggi, pembangunan infrastruktur yang telah dijalankan oleh PT Freeport Indonesia antara lain melalui Program Tiga Desa dalam rangka pengembangan masyarakat di Banti, Tsinga, dan Aroanop.
Program yang telah dimulai tahun 2000 ini telah berhasil membangun 300 rumah, 400 tangki septik, 3 sekolah, 10 rumah guru, 3 klinik, 3 pasar, 13 gereja, 20 jembatan, generator 225 Kw dan 2 lapangan terbang.
Pada tahun 2017 lalu telah dibangun lapangan terbang Aroanop untuk membuka isolasi wilayah sekaligus mempercepat akses masyarakat suku Amungme menuju daerah lain, dan ditargetkan beroperasi tahun 2018 ini.
Selain itu telah, diselesaikan juga proyek micro hydro dengan kapasitas 176 KW di Banti untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi warga setempat, jembatan Banti dan Opitawak, serta jaringan air bersih di kampung tersebut.
Selain itu, telah dibangun juga dua instalasi pengolahan air, satu penampungan air, sumur bor, sementara proyek pemipaan di sekitar kota Timika masih dalam pengerjaan.
Di samping itu untuk wilayah pesisir telah dibangun instalasi air bersih bagi warga masyarakat suku Kamoro di lima desa tempat mereka tinggal. Masyarakat juga terlibat dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan serta pemeliharaan jaringan air bersih agar tetap tersedia dengan kualitas yang baik.
Kontribusi PT Freeport Indonesia cukup besar dalam membiayai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur. Sejak tahun 2000, biaya yang diinvestasikan di bidang infrastrukur telah mencapai sekitar US$ 89,1 juta. Sementara di tahun 2017 sendiri telah dikeluarkan biaya sebesar US$ 7,9 juta untuk pembangunan di dataran tinggi. Untuk pembangunan sarana dan prasarana olahraga telah dikucurkan biaya sebesar US$ 33 juta, dan pembangunan fasilitas air bersih termasuk studi kelayakan sebesar total sekitar US$ 10 juta.
Boleh dibilang, PT Freeport Indonesia menjadi perintis untuk membuka isolasi sebagian tanah Papua dengan membuka akses transportasi melalui pembangunan bandara dan jalan-jalan lokal.
Setiap pembangunan memang selalu ada ekses, namun hal tersebut dapat diatasi bila semua pihak menyadari pentingnya pembangunan berkelanjutan dengan tetap memfokuskan perhatian pada pemberdayaan masyarakat lokal. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesenjangan antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang yang semakin banyak jumlahnya di tanah mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H