Ada sebuah anekdot kalau baru pertama kali pergi ke daerah timur, pasti kondisinya masih terbelakang, susah cari makan dan tempat menginap, kotanya kumuh dan rawan.
Malah seorang kawan yang hendak berangkat ke sana sudah mempersiapkan diri dengan membawa satu dus indomie karena dikhawatirkan langka dan mahal harganya. Dia baru sadar bahwa pandangan itu salah setelah menginjakkan kaki di bandara Sentani.
Namun begitu menapaki kota Jayapura, semua pandangan tersebut sirna dengan sendirinya. Kota ini sudah sedemikan maju, tak kalah dari kota-kota di Jawa dan Sumatera, bahkan Kalimantan sekalipun.
![Dua Pulau Kecil di Depan Pelabuhan (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/04/pb272994-jpg-5b8e8ceac112fe370f5872e2.jpg?t=o&v=770)
Kotanya sendiri terletak di sebuah teluk bernama Yos Sudarso, seorang pahlawan Trikora yang gugur dalam menjalankan tugas di KRI Macan Tutul yang tenggelam di Laut Aru.
Sebelumnya, teluk ini dinamai teluk Humboldt oleh seorang penjelajah asal Perancis Jules Dumont D'Urville hingga penyerahan kedaulatan tahun 1969.
![Kantor Gubernur Provinsi Papua (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/04/pb272984-jpg-5b8e8cfc6ddcae5c4f187382.jpg?t=o&v=770)
Sayangnya, tidak ada angkutan umum untuk naik ke atas sehingga kita harus menyewa kendaraan sendiri, bisa juga pesan khusus ke supir angkot untuk minta diantar ke atas bukit dengan tambahan biaya.
![Kantor DPRD Papua (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/04/pb273033-jpg-5b8e89cabde57552665d4813.jpg?t=o&v=770)
Di sini kita bisa mengambil gambar utuh Teluk Yos Sudarso, pulau-pulau kecil di hadapan pantai, serta gedung-gedung perkantoran dan mal.
Kota Jayapura tampak sebagai sebuah kota metropolitan baru di wilayah timur Indonesia dan sudah tepat pemerintah menunjuk kota tersebut sebagai ibukota provinsi Papua karena disinilah pintu gerbang lalu lintas orang dan barang masuk ke pulau Papua.
![Selasar di Puncak Bukit (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/04/pb273047-jpg-5b8e8d1f43322f1c720bdb33.jpg?t=o&v=770)
Sayang parkirannya tidak terlalu luas sehingga mungkin agak padat bila hari libur tiba. Dari puncak bukit kita juga bisa mengabadikan keindahan kota Jayapura dengan mengambil gambar sepuasnya, namun harus hati-hati karena tidak ada pagar pembatas sehingga kalau tidak hati-hati bisa tergelincir ke bawah yang masih berupa hutan lindung.
![Hotel Berbintang di Jayapura (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/04/pb272988-jpg-5b8e8d1212ae94646c65e854.jpg?t=o&v=770)
Boleh dibilang sekitar 70% kota Jayapura ter-cover pemandangannya dari puncak bukit ini. Kita bisa nangkring sepuasnya sampai menjelang malam hari karena jam lima sore sudah tutup dan tak ada penerangan memadai di atas.
![Mal Jayapura (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/04/pb272989-jpg-5b8e8d8c677ffb2c1c0a77a2.jpg?t=o&v=770)
Kita bebas bepergian dengan daya jangkau sekitar 5000 km barat-timur dan sekitar 1500 km utara-selatan tanpa harus mengurus visa atau menunjukkan paspor. Bandingkan dengan negara-negara di Eropa atau Asia lainnya yang wilayahnya sempit dan hanya berputar di sekitar situ saja.
![Bongkar Muat di Pelabuhan Jayapura (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/09/04/pb272954-jpg-5b8e8e82c112fe3bc3772b12.jpg?t=o&v=770)