Asian Games kali memang benar-benar meriah lebih dari yang diperkirakan banyak orang. Strategi panitia dalam "menjual" Asian Games patut diacungi jempol karena membuat masyarakat bisa ikut menikmati kemeriahannya tanpa harus menonton seluruh pertandingan dan perlombaan di arena Asian Games. Lingkungan GBK dibuat tertutup dan para pengunjung dikenakan tiket festival sebesar Rp 10.000 untuk masuk ke area tanpa harus menonton. Sementara untuk pemegang tiket pertandingan diperbolehkan langsung masuk tanpa harus membeli tiket festival lagi.
Saya berkesempatan keliling seharian di GBK kemarin menjelang penutupan Asian Games. Sayang rasanya event yang belum tentu terjadi lagi di negeri ini dilewatkan begitu saja. Sayapun mencoba mencari tiket pertandingan yang tidak terlalu banyak penonton, sekadar ikut meramaikan dan menyukseskan Asian Games. Kalau pertandingan seperti basket, voli, bulutangkis sudah pasti penuh dan agak malas juga mengantri tiket offline.
Pemindaian Sebelum Masuk GBK (Dokpri)
Harga tiketnya memang cukup mahal, untuk pertandingan beregu antara 150-300 Ribu Rupiah, sementara untuk pertandingan atau perlombaan perorangan berkisar antara 100 - 200 Ribu Rupiah. Selain itu juga karena menjelang hari terakhir tiket sudah banyak yang habis, tinggal tersisa beberapa cabor yang sepi penonton. Akhirnya saya memilih menonton
baseball karena masih banyak tersedia tiket dan memang belum pernah menyaksikan siaran di stadion sebelumnya.
Pagi-pagi saya ke GBK dengan menggunakan busway agar tidak perlu bermacet-macet ria serta susah memperoleh parkiran. Agar tidak terlalu jauh saya turun di halte GBK dan langsung menyeberang menuju pintu 6.Â
Sebelum masuk saya tunjukkan tiket pertandingan baseball, jadi tak perlu lagi beli tiket festival. Setelah itu saya melalui gerbang pemeriksaan seperti di bandara, namun tidak terlalu ketat karena tidak perlu memindai hape dan mencopot rompi yang saya kenakan.
Antrian Masuk Toko Souvenir (Dokpri)
Tak jauh dari gerbang tersebut terletak zona Bhin-Bhin yang menjual aneka produk makanan di sebelah kiri dan di sebelah kanannya terdapat toko souvenir serta kios para sponsor utama Asian Games. Masya Alloh!! antrian pembeli souvenir begitu panjangnya, hampir sekitar 500 meter hanya untuk mendapatkan boneka dan pernak-pernik lain. Inilah satu kelemahan panitia yang hanya membuka satu toko khusus pada event sebesar ini.Â
Seharusnya ada tiga hingga lima titik pembelian yang disebar di setiap sudut GBK agar antrian terpecah tidak hanya di satu titik saja. Dalam dua jam boneka habis, sementara dua jam berikutnya jaket dan thumbler juga habis, membuat pengantri kecewa berat sambil tetap berharap ada stok susulan.
Panjang Antrian Hingga ke Halte Bis (Dokpri)
Gelantungan di Bis Shuttle Transjakarta (Dokpri)
Sambil menunggu pertandingan yang baru akan berlangsung jam dua siang, sayapun berkeliling GBK naik bis shuttle Transjakarta gratis ke seluruh area
olahraga.Â
Keberadaan bis ini cukup membantu mengingat jarak antar satu gedung cukup jauh dan bikin gempor kaki walaupun sebenarnya cukup rindang bila melalui hutan di sekeliling Stadion Utama GBK.Â
Saya sengaja tidak turun bis dan kembali ke titik semula lagi karena hanya ingin melihat sampai di mana perputaran bis tersebut. Ternyata coverage areanya lumayan banyak yang bisa dilalui bis tersebut, jadi tak perlu khawatir jalan kaki terlalu jauh. Sayangnya jumlah bis tidak terlalu banyak sehingga menyisakan antrian panjang buat calon penumpangnya di halte utama dekat zona Bhin-Bhin.
Bareng Atlet Kazakhstan (Dokpri)
Setelah itu saya keliling ke zona Atung dan Kaka. Di sini saya bertemu atlet-atlet dari Kazakhstan dan Malaysia yang sedang cuci mata setelah usai bertanding. Kesempatan ini tak saya sia-siakan untuk foto bersama para atlet dan mereka dengan senang hati bersedia untuk difoto. Sayang atret Malaysia keburu pergi sehingga saya tak sempat berfoto bersama mereka.Â
Lihat Olahraga Selengkapnya