Seperti juga Bandung, kota Malang kini tumbuh sebagai pusat kuliner murah dan bervariasi di wilayah Jawa Timur. Tumbuhnya kulineran Malang tak lepas dari semakin banyaknya mahasiswa yang tinggal di kota tersebut, serta semakin tingginya arus wisatawan domestik yang mengalir deras akhir-akhir ini.Â
Malang menjadi top alternatif destinasi wisata di pulau Jawa setelah kejenuhan melanda Bandung dan Yogyakarta. Malang juga semakin kreatif mengejar ketinggalan dari Bandung dan Yogyakarta termasuk di dalamnya wisata kulinernya.
Menu Favorit Saya, Nasgor Ayam Tahu (Dokpri)
Keunggulan Malang dibanding dua kota besar tersebut adalah harga makanan yang masih murah sehingga terjangkau kantong mahasiswa dan para backpacker yang sangunya pas-pasan.Â
Karena itulah seperti admin K tergiur untuk mengadakan ICD di Malang setelah tahun lalu di Jogja untuk menggaet komunitas yang memiliki prospek cerah di Malang. Kami para admin komunitas K ramai-ramai diangkut untuk memeriahkan acara tahunan tersebut sekaligus menjajal kuliner khas Malang.
Menu Makanan Terpampang Sambil Prasmanan (Dokpri)
Kali ini saya angkat jempol buat Bolang yang telah menjamu para penulis K yang kebetulan hadir pada acara ICD tersebut. Pilihan kuliner di Ayam Bawang Cak Per juga tepat karena sadar bahwa kami-kami yang hadir ini termasuk kategori backpacker yang suatu waktu bakal kembali lagi ke Malang walau dengan kantong tetap pas-pasan.Â
Model prasmanan yang disajikan juga pas dengan target pelanggan karena kita bisa mengambil nasi sesuai ukuran perut, serta lauk pauk dan sambal sesuai kebutuhan. Jadi tidak ada makanan yang mubazir alias terbuang percuma.
Ada Dua Macam Nasi (Dokpri)
Menu makanannya sih cukup bervariasi walau masuk kategori standar bukan kuliner khas daerah, seperti ayam goreng sambel bawang, crispy, bandeng, lele, dan patin. Minumannya juga standar seperti es jeruk atau jeruk panas, es teh atau teh panas, kopi, susu, dan sejenisnya.Â
Kita bisa mengambil makanan dan minuman secukupnya, lalu langsung bayar di kasir dan setelah itu ambil nasi sepuasnya serta sambal, terus tinggal makan deh tanpa terganggu urusan bayar membayar di belakang. Nasinya sendiri ada dua variasi, nasi putih dan nasi goreng berwarna agak kemerahan.
Cak Ferry Memberikan Penjelasan Didampingi Kang Thamrin (Dokpri)
Saking murahnya, pas jamuan tersebut banyak makanan yang ludes terjual sehingga tinggal tersisa ayam crispi dan tahu goreng saja yang sempat saya ambil. Sementara sebagian teman-teman lain terpaksa menunggu stok makanan matang beberapa menit kemudian. Setelah semua mendapat jatah kamipun ramai-ramai memenuhi lesehan yang ada di belakang untuk makan bersama-sama.Â
Setelah semua selesai makan, barulah Cak Ferry salah seorang pemilik warung tersebut memberikan sepatah dua patah kata, didahului pembukaan dan ucapan terima kasih oleh Kang Thamrin Sonata  selaku admin K paling senior di antara kami.
Kang Thamrin Menjajal Pertama (Dokpri)
Dengan harga yang relatif murah, rasa masakannya lumayan enak dan sambalnya cukup pedas alias sesuai ukuran kantong. Lokasinya juga strategis di tepian jalan Soekarno Hatta Malang, tak jauh dari dua kampus besar yaitu Universitas Brawijaya dan Politeknik Negeri Malang. Tentu di sekitarnya banyak kos-kosan mahasiswa dan ini merupakan pangsa pasar potensial yang perlu digarap serius mengingat makanan merupakan kebutuhan sehari-hari mahasiswa, disamping para wisatawan tentunya.Â
Lihat Foodie Selengkapnya