Lagipula kalau ada yang BAB atau BAK dari kereta, kotorannya pasti jatuh ke mobil yang lewat di bawahnya.
Beberapa kali saya melintasi jalur tersebut, terakhir saat libur lebaran kemarin.
Sebenarnya agak menegangkan juga lewat jembatan tersebut karena kondisinya sudah tua dan harus melewati bantalan kayu yang dihamparkan untuk dilalui mobil.
Mobil harus lurus mengikuti papan sejajar, karena kalau jatuh sedikit hampir dipastikan kejeblos karena kayunya sudah mulai lapuk dan belum seluruhnya diganti.
Sayangnya saya belum pernah sekalipun bertemu atau berpapasan dengan kereta api yang melintas di atasnya.
Agak ngeri-ngeri sedap juga karena khawatir beban kendaraan yang lewat melebihi kekuatan jembatan, apalagi bila bersamaan dengan kereta lewat, walaupun kadang di stop dulu kalau ada kereta melintas di atasnya.
Masalahnya yang lewat bukan hanya satu mobil tapi beberapa sekaligus sehingga rawan kelebihan beban.
Sejak dibangun boleh dibilang belum ada penggantian rangka jembatan, hanya perkuatan di beberapa titik saja sehingga masih rawan untuk dilalui.
Namun karena ini jalan satu-satunya yang paling pendek dibanding harus memutar di Cimaragas, apa boleh buat terpaksa saya harus lewat jalan tersebut setiap kali melalui jalan pintas Tasik menuju Ciamis via Manonjaya.
Lewat jembatan ini memang penuh misteri, hanya doa yang bisa mengiringi agar selamat hingga di ujung jembatan.