Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mampukah Ronaldo Memecah Mitos Angka Enam?

16 Juni 2018   13:40 Diperbarui: 16 Juni 2018   14:31 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ronaldo Berkostum Portugal (Sumber: http://awallpapersimages.com)

Sepakbola memang penuh dengan paradoks. Namun paradoks itulah justru yang menjadikan sepakbola menarik dan penuh ketegangan. Paradoks paling aneh dalam sejarah sepakbola adalah semakin sulitnya mencetak gol di era modern ini, padahal jumlah pertandingan satu tim hingga ke final piala dunia bertambah dari lima, kemudian enam, dan terakhir tujuh. Artinya bahwa setiap pemain punya kans minimal mencetak tujuh gol untuk jadi top skor piala dunia.

Namun sejak Gerd Mueller (Jerman Barat) menorehkan 10 gol di Piala Dunia 1970, tidak ada lagi top skor yang mampu melewati dua digit setelah itu. Bahkan sejak Lato (Polandia) mencetak tujuh gol di Piala Dunia 1974, nyaris tiada lagi pemain yang mampu mencetak gol lebih dari tujuh. Dari sepuluh perhelatan terakhir, tujuh diantaranya 'hanya' menghasilkan enam gol saja. Angka inilah yang akhirnya menjadi mitos bahwa top skor piala dunia tak lebih banyak dari angka enam.

Uniknya, sejak tahun 1978 hingga 1998, top skor piala dunia selalu diakhiri dengan angka enam. Dimulai dari Mario Kempes (Argentina) (1978), lalu Paolo Rossi (Italia) (1982), Gary Lineker (Inggris) (1986), Toto Schilaci (Italia) (1990), pasangan Oleg Salenko (Rusia) dan Hristo Stoichkov (Bulgaria) (1994), hingga Davor Suker (Kroasia) (1998). Oleg Salenko nyaris membuka harapan memecah mitos angka enam ketika berhasil mencetak lima gol ke gawang Kamerun setelah sebelumnya mencetak satu gol ke gawang Swedia. Sayangnya Rusia keburu gagal melaju ke babak kedua setelah menelan dua kali kekalahan pada pertandingan sebelumnya.

Hanya Ronaldo tua yang berasal dari Brasil berhasil memecah 'rekor' Lato dengan mencetak delapan gol, dua diantaranya di final Piala Dunia 2002 melawan Jerman. Ronaldo akhirnya mencetak total 15 gol di seluruh penampilan piala dunia yang membawanya memecahkan rekor 14 gol Gerd Muller sejak Piala Dunia 1974. Namun usia rekornya tak lama karena Miroslav Klose (Jerman) menutupnya justru dengan membobol gawang Brasil di semifinal Piala Dunia 2014 sekaligus mempermalukan tuan rumah dihadapan penontonnya sendiri.

Setelah itu bukannya meningkat, justru angkanya menurun jadi lima gol yang ditorehkan Klose tahun 2006 dan kuartet Mueller (Jerman), Villa (Spanyol), Sneijder (Belanda), dan Forlan (Uruguay) tahun 2010. Tahun 2014 kembali ke angka mitos enam gol yang ditorehkan James Rodriguez dari Kolombia. Hingga piala dunia terakhir, belum ada lagi pemain yang mampu mencetak lebih dari enam gol selain Ronaldo.

Pragmatisme demi meraih gelar menjadi salah satu sebab mengapa tidak banyak tim yang bernafsu mencetak gol sebanyak-banyaknya. Mereka hanya berpikir untuk menang tipis dan selebihnya bertahan untuk mempertahankan selisih gol saja. Apalagi setelah memasuki ronde kedua, jumlah gol semakin tidak penting karena menggunakan sistem gugur, yang penting selisih satu gol untuk memastikan maju ke babak berikutnya.

Hattrick Ronaldo pada pertandingan semalam (15 Juni 2018) seolah membuka harapan kembali untuk menghancurkan mitos yang telah berusia 16 tahun sejak Ronaldo tua memecahkannya. Lagipula kemungkinan Portugal untuk melaju ke babak berikutnya lebih terbuka ketimbang Rusia tahun 1994 dimana Oleg Salenko juga sempat membuka harapan tersebut. Namun Ronaldo juga perlu mawas diri, karena sudah pasti akan dikawal ketat pada laga berikutnya.

Kita berharap Ronaldo muda mampu mengikuti jejak Ronaldo tua di usianya yang sudah mendekati senja. Piala dunia empat tahun kemudian sudah tidak memunginkan lagi bagi Ronaldo muda untuk berkiprah di usia 37 tahun, kecuali jika masih tetap memaksakan diri seperti Klinsmann atau Roger Milla. Mampukah Ronaldo muda mengungguli Ronaldo tua, atau malah bernasib seperti Salenko? Kita tunggu saja penampilan berikutnya, ingat jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. Selamat menikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun