Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rokok Membawa Nikmat Sekaligus Sengsara

31 Mei 2018   10:01 Diperbarui: 31 Mei 2018   09:58 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Lifestyle Kompas

Dari sejak zaman dulu, rokok itu ibarat gadis cantik tapi burik. Di satu sisi memberikan kenikmatan luar biasa bagi penikmatnya. Banyak penulis maupun komikus ternama mampu melahirkan ide-ide brilian karena merokok. Rokok diyakini mampu memberi inspirasi bagi mahasiswa yang sedang deadlock skripsi atau wartawan yang dikejar deadline. 

Di lain sisi, rokok konon menjadi sumber dari segala sumber penyakit yang ada di paru-paru, jantung, maupun saluran pernafasan. Banyak orang mati karena merokok atau paling tidak terkena dampak akibat asap rokok alias perokok pasif.

Rokok membuat pemerintah jadi bersikap seperti 'banci'. Di satu sisi sebal karena menjadi penyebab penyakit yang tentu berpotensi menggerogoti anggaran BPJS Kesehatan, serta mengganggu kenyamanan masyarakat yang beraktivitas di ruang publik sehingga pemerintah harus melarang orang merokok di tempat umum. Namun di sisi lain juga butuh duitnya karena rokok menyumbang penerimaan negara dari sektor cukai yang besarannya mencapai 10% dari total pendapatan atau sekitar 150 Trilyun Rupiah tahun 2017 (Sumber di sini). Angka ini tentu bukan main-main karena kalau rokok benar-benar dilarang, negara bisa kolaps karena harus menambal kekurangan pemasukan 150 Trilyun dari sektor lain yang belum jelas asalnya.

Lalu benarkah rokok menyebabkan berbagai penyakit yang menyebabkan kematian dini? Sekilas memang tampak benar karena asap rokok benar-benar mengganggu tidak hanya bagi pengguna namun orang di sekitarnya. Tapi kalau menyebabkan kematian dini, nyatanya banyak kyai yang sudah sepuh atau orang-orang tua masih asyik menikmati rokok kreteknya dan tetap tampak sehat tanpa kekurangan suatu apapun. Sementara anak muda yang tidak merokok juga banyak yang mengalami kematian di usia produktif.

Saya jadi curiga, jangan-jangan jenis rokoknya yang dapat menyebabkan kematian dini. Secara umum rokok yang dijual ada dua jenis, pertama rokok kretek tanpa filter yang berisi tembakau, kadang dicampur cengkeh. Kedua jenis rokok filter, ada yang campuran tembakau seperti di Indonesia, tapi ada pula yang menggunakan serbuk kertas yang dilumuri aroma rokok seperti rokok-rokok yang dijual bebas di luar negeri. 

Di luar negeri rokok asli tembakau tidak boleh dijual bebas seperti di Indonesia, dan harganya sangat-sangat mahal.

Amat sangat wajar kalau rokok menyebabkan kematian dini, lha wong kertas dihisap terus menerus, sama saja dengan menghisap asap kebakaran atau pembakaran sampah. 

Berbeda dengan kretek yang memang asli tembakau yang rasanya lebih nikmat dan tidak mengganggu kesehatan penggunanya. Jadi jangan serta merta menggeneralisir bahwa rokok adalah penyebab penyakit serta kematian dini. Selidiki dulu bahan yang digunakan, baru diambil kesimpulan apakah benar rokok yang mengandung tembakau asli menjadi penyebabnya atau serbuk kertas yang memang tak layak untuk dihisap.

Jadi untuk mengurangi jumlah perokok, maka kita harus rajin bayar pajak untuk menambal kekurangan pemasukan anggaran pemerintah, jangan ngemplang. Pemerintah juga harus mengalihkan petani tembakau untuk menanam komoditas lain yang lebih menguntungkan dari tembakau, tidak sekedar melarang tapi tidak memberikan solusi alternatif.

SELAMAT MEMERINGATI HARI TANPA ROKOK SEDUNIA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun