Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kumuhnya Kawasan Kota Tua Banten Lama

18 Februari 2018   23:12 Diperbarui: 19 Februari 2018   00:25 2015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area Parkir Becek dan Kumuh (Dokpri)

Kawasan kota tua Banten Lama terletak sekitar 8 Km dari Kota Serang ke arah utara. Di dalam kawasan terdapat Masjid Agung Banten, Benteng Surosowan, dan Musium Kepurbakalaan.

Dulunya kawasan ini merupakan ibukota Kesultanan Banten sebelum takluk oleh Belanda dan kedudukan pemerintahan dipindahkan ke Serang. Sekarang Kota Serang menjadi ibukota Provinsi Banten yang merupakan pemekaran dari Provinsi Jawa Barat.

Area Parkir Becek dan Kumuh (Dokpri)
Area Parkir Becek dan Kumuh (Dokpri)
Libur Imlek kemarin saya sempatkan untuk mampir melihat kota tua yang telah lama mati ini. Setelah berkendara sekitar dua jam dari Jakarta, kami tiba di Serang dan langsung menuju lokasi kawasan Banten Lama.

Begitu memasuki gerbang benteng Surosowan, scam pertama dimulai, sekelompok pemuda meminta sekedar uang kopi katanya, lalu saya berikan saya empat ribu Rupiah. Tak jauh dari sekelompok pemuda tersebut ada pos jaga resmi yang memungut parkir lima ribu Rupiah saja.

Tembok Benteng Tak Terawat dan Onggokan Sampah (Dokpri)
Tembok Benteng Tak Terawat dan Onggokan Sampah (Dokpri)
Seperti banyaknya obyek wisata lain di Indonesia, benteng Surosowan tampak benar-benar kurang terawat. Pagar benteng sudah dihiasi lumut serta rerumputan ilalang mulai tampak meninggi.

Tempat parkirnya penuh dengan kios pedagang dan tampak becek serta sampah dimana-mana. Padahal tempat ini merupakan tempat ziarah ke makam Sultan Maulana Yusuf yang merupakan pendiri Kesultanan Banten.

Pedagang Berdagang di Depan Papan Larangan Berjualan (Dokpri)
Pedagang Berdagang di Depan Papan Larangan Berjualan (Dokpri)
Kami pun berjalan kaki menyusuri benteng melewati jalan yang becek dan sebagian berlumpur, serta sampah yang tidak terangkut teronggok begitu saja di tepi jalan di samping benteng.

Kemudian jalan kaki dilanjutkan memasuki kawasan Masjid Agung Banten. Kondisinya setali tiga uang, para pedagang mengokupasi lahan di dalam kompleks masjid, padahal sudah jelas larangan berjualan terpampang di belakang lapaknya. Menara Masjid yang seharusnya menjadi ikon tampak kumuh karena dikelilingi pedagang kaki lima dan sampah.

Pintu Masuk Lokasi Ziarah (Dokpri)
Pintu Masuk Lokasi Ziarah (Dokpri)
Masjid ini sendiri ramai dikunjungi para peziarah yang sedang ngalap berkah di makam sultan Banten tersebut. Tempat ziarah antre sehingga harus menunggu giliran untuk dapat masuk ke area makam.

Antara pria dan wanita dipisahkan oleh dua pintu yang bersebelahan sehingga tidak bercampur satu dengan lainnya, walaupun pada akhirnya hanya satu pintu saja yang terbuka dan semua orang berebutan masuk ke dalamnya. Walaupun sandal harus dicopot namun tetap saja lantainya kotor karena becek dan sampah.

Musium Kepurbakalaan (Dokpri)
Musium Kepurbakalaan (Dokpri)
Anehnya lagi, Musium Kepurbakalaan yang terletak di depan masjid malah tutup di hari libur, padahal justru saat liburan banyak pengunjung yang datang.

Musiumnya sendiri walau terlihat bersih namun tetap saja tampak tak terawat. Tulisan di prasasti musium mulai hilang beberapa hurufnya.

Pagar musium pun tertutup rapat, mungkin pengelola sudah paham bahwa pengunjung kawasan wisata ini lebih banyak peziarah daripada yang benar-benar wisatawan atau arkeolog yang hendak mencari tahu sesuatu di musium.

Mihrab Masjid Agung Banten (Dokpri)
Mihrab Masjid Agung Banten (Dokpri)
Alangkah sayangnya bangunan bersejarah nan indah yang seharusnya menjadi landmark Provinsi Banten kini tampilannya sangat kumuh.

Padahal Taj Mahal yang berada di negara terkumuh di dunia saja masih tetap terpelihara kebersihannya dan bebas dari para pedagang kaki lima di dalam kompleksnya. Oleh karena itu wajarlah tak tampak wisatawan asing berkunjung ke sana, orang kitapun lebih banyak yang berkunjung karena ziarah daripada benar-benar ingin menikmati pemadangan indah.

Pintu Masuk Benteng yang Tak Terawat (Dokpri)
Pintu Masuk Benteng yang Tak Terawat (Dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun