Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Meniti Jembatan Gentala Arasy di Jambi

11 Februari 2018   21:49 Diperbarui: 12 Februari 2018   10:53 2581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Gentala Arasy (Dokpri)

Sebagaimana halnya kota-kota lain di Sumatera maupun Kalimantan, kota Jambi tumbuh di tepian Sungai Batanghari. Lebarnya sungai menjadi pemisah antara bagian kota lama dengan perkampungan penduduk di seberangnya.

Sebelum adanya jembatan Gentala Arasy, penduduk menggunakan ketinting untuk menyeberangi sungai Batanghari. Dengan adanya jembatan ini sekarang masyarakat bisa menyeberangi sungai dengan berjalan kaki tanpa harus menggunakan ketinting lagi.

Menara Gentala Arasy di Seberang Sungai (Dokpri)
Menara Gentala Arasy di Seberang Sungai (Dokpri)
Lalu apa istimewanya jembatan ini? Pertama, jembatan ini merupakan jembatan khusus pejalan kaki terbesar di Indonesia. Modelnya seperti jembatan gantung dengan dua tiang penyangga namun konstruksinya menggunakan beton.

Kedua, jembatan ini menghubungkan pasar lama Jambi yang ramai dengan aktivitas masyarakat dengan Musium Gentala Arasy serta permukiman penduduk di seberang sungai Batanghari.

Dengan adanya jembatan ini interaksi masyarakat antar dua wilayah yang dipisahkan oleh sungai menjadi saling terhubung dan meningkat aktivitasnya. Ketiga, jembatan ini menjadi ikon kota Jambi karena selama ini nyaris tidak ada obyek wisata yang layak dikunjungi di Kota Jambi.

Warna Warni Jembatan di Malam Hari (Dokpri)
Warna Warni Jembatan di Malam Hari (Dokpri)
Suasana jembatan di siang hari tidak terlalu ramai, hanya beberapa orang lalu lalang menyeberangi jembatan dari perkampungan tradisional di utara sungai ke arah pasar lama di sebelah selatan atau sebaliknya para pengunjung musium dari arah selatan menuju utara.

Cuaca panas turut menjadi penyebab sepinya jembatan karena tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, hanya khusus untuk pejalan kaki saja.

Kendaraan bermotor sendiri harus berputar sekitar lima kilometer melalui Jembatan Batanghari ke arah Tanjung Jabung untuk mencapai perkampungan di sebelah utara sungai.

Pedagang Kaki Lima dan Tempat Nangkring di Tepi Sungai (Dokpri)
Pedagang Kaki Lima dan Tempat Nangkring di Tepi Sungai (Dokpri)
Namun di malam hari suasana berubah jadi ramai. Masyarakat Kota Jambi tumpah ruah di lorong jembatan dan sekitarnya karena jembatan ini merupakan satu-satunya hiburan menarik di Kota Jambi.

Di sisi selatan sungai berjajar pedagang kaki lima menjajakan aneka makanan sekaligus sebagai tempat nangkring sambil ngopi dan menikmati cahaya lampu warna warni yang menghiasi jembatan di malam hari. Sayangnya, lampu warna-warni yang bersahut sahutan tidak diimbangi dengan lampu putih bercahaya terang di sisi sungai sehingga masih tampak gelap.

Petunjuk Gentala Arasy (Dokpri)
Petunjuk Gentala Arasy (Dokpri)
Jembatan ini memang sengaja didesain untuk pejalan kaki karena lahan yang tersedia terbatas di kedua sisi sungai. Di sisi utara perkampungan penduduk sudah padat sehingga sulit membebaskan lahan untuk jalan besar yang dapat dilalui kendaraan bermotor. 

Sementara di sisi selatan juga jarak sempadan sungai terlalu sempit dengan sisi jalan yang sejajar dengan sungai sehingga sulit juga untuk membuat pertigaan bagi kendaraan bermotor yang membutuhkan ruang yang luas untuk berbelok.

Gentala Arasy di Malam Hari (Dokpri)
Gentala Arasy di Malam Hari (Dokpri)
Secangkir Nira Kelapa Menemani Nangkring (Dokpri)
Secangkir Nira Kelapa Menemani Nangkring (Dokpri)
Buat para travellers yang sedang ke Jambi, jangan lewatkan untuk mampir di jembatan ini. Lebih baik di sore hari karena kita sempat mampir ke musium sekaligus menanti sunset, dilanjutkan dengan nangkring ditemani segelas kopi atau secangkir nira kelapa untuk menikmati semilir angin dan pemandangan malam hari jembatan yang penuh warna warni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun