Peristiwa gempa yang terjadi siang tadi (23/1/2018) sebenarnya tidak terlalu mengagetkan mengingat akhir-akhir ini frekwensi gempa cukup sering terjadi, terakhir saya alami bulan lalu ketika sedang berdinas di Semarang, gempanya terasa di hampir seluruh pulau Jawa. Namun peristiwa gempa tadi siang berlangsung cukup lama, hampir sekitar 2-3 menit dan goyangannya terasa sekali.
Saya sendiri berada di toilet sedang mencuci muka ketika terjadi gempa. Awalnya saya pikir kepala saya pusing dan sedikit bergoyang, namun lama kelamaan baru sadar ketika benda di sekitar wastafel ikut bergoyang, tanda terjadi gempa. Alarm kantorpun berbunyi dan satpampun diperintahkan untuk mengosongkan gedung. Semua yang ada di dalam gedung wajib melalui tangga darurat maupun tangga utama, tidak boleh melalui lift.
Saat keluar toilet tampak puluhan orang berebut menuju tangga darurat untuk segera keluar dari gedung. Ada yang berlari, ada yang berjalan cepat, tapi ada pula yang santai seolah tak terjadi apa-apa, bahkan ada yang tetap duduk tenang di meja sampai satpam menegurnya untuk segera turun. Berbagai sifat asli manusia tampak muncul ke permukaan dalam sekejap tanpa terlihat pencitraan sedikitpun saat terjadi gempa yang digambarkan dalam perilaku seperti:
1. Berlari kencang
Biasanya kalau terlihat berlarian bahkan sampai menyenggol sana sini, orang tersebut diduga sedang ingin cari selamat sendiri tanpa peduli lingkungan sekitarnya. Bisa jadi orang ini juga belum siap menerima cobaan dari Tuhan dan berusaha menghindarinya sebisa mungkin, walau kadang harus mengorbankan orang lain. Wajahnya memancarkan kepanikan luar biasa seolah dunia hendak kiamat dan dia belum siap menghadapi itu semua.
2. Berjalan cepat
Mungkin dia juga ingin mencari selamat, tapi masih punya rasa malu serta tenggang rasa dengan lingkungan sekitar, sehingga cukup dengan berjalan cepat tanpa harus terlihat panik sendiri. Dia masih bersedia mengantri di tangga darurat walaupun kecemasan tetap melanda pikirannya. Inginnya sih selamat, tapi kalaupun terjadi musibah ya sudah pasrah saja. Selain itu dia masih berusaha mencari teman turun bareng agar bisa selamat bersama atau sebaliknya.
3. Bersikap santai
Ketika orang lain sudah berebut menuju tangga darurat, ternyata ada juga orang yang santai menyikapi kejadian gempa. Dia hanya melihat sekeliling dan berlindung dibalik struktur yang menurutnya kokoh, seperti di sekitar kolom atau paling apes bersembunyi di bawah meja. Kemungkinan orang ini sudah punya bekal bagaimana menghadapi gempa sehingga bisa membedakan mana yang benar-benar darurat atau hanya sekedar goyang sesaat. Jadi boleh dibilang orang ini mudah menguasai keadaan dan bisa memutuskan tindakan apa yang harus diambil.
4. EGP
Ini tipe manusia sakti, selagi gempa malah sempat-sempatnya bikin kopi. Ketika orang panik dan berlarian kesana kemari mencari selamat, dia malah duduk tenang di depan meja sambil menikmati secangkir kopi. Bisa jadi orang ini memang sudah benar-benar pasrah, semua diserahkan pada Tuhan apakah tetap selamat atau memang sudah waktunya menjadi korban gempa, atau mungkin sudah tidak peduli lagi mau gempa atau tidak, yang penting tetap happy. Baru setelah satpam membujuknya, dia bersedia untuk turun melalui tangga darurat sambil tetap membawa cangkir kopi yang masih panas.