Penyu termasuk satwa unik karena hidupnya di laut namun bertelur di darat dan juga langka sehingga perlu dilestarikan. Salah satu tempat pelestarian penyu terkenal di Jawa berada di Ujung Genteng, dekat dengan pantai Cibuaya.Â
Di sini terdapat stasiun penetasan penyu yang dikelola oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. Sewaktu muda dulu saya mampir ke Ujung Genteng untuk survei dan sempat melihat penyu bertelur, namun kondisi saat ini sudah jauh berubah.
Pantai Ujung Genteng (Dokpri)
Liburan akhir tahun kali ini kami sekeluarga menuju kesana untuk melihat proses penangkaran dan pelepasan penyu tersebut. Perjalanan dimulai dari Sukabumi melalui Jampang Tengah dengan kondisi jalan rusak berat akibat dilalui banyak truk pasir. Kondisi jalan agak membaik setelah melalui Puncak Buluh yang menjadi destinasi
wisata tertinggi di Sukabumi.Â
Saya memang salah memilih jalan karena terlalu menuruti saran Google Maps mencari jalan pintas. Padahal kalau mau memutar sedikit lewat Pelabuhan Ratu jalannya mulus dan baru saja dihotmix.
Indahnya Pantai Ujung Genteng (Dokpri)
Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 27.000 untuk satu mobil, tak jauh di depan mata tampak segerombolan pemuda menghadang mobil di depan. Saya agak sedikit cemas mengingat baru saja bulan lalu terkena
scamdi Kawah Darajat.Â
Tapi melihat mobil di depan berhenti sebentar lalu ngacir, sayapun mengambil langkah serupa, pura-pura berhenti dan membuka kaca, lalu tanpa disadari mereka saya langsung tancap gas. Untung tidak dikejar, mungkin mereka juga malas capek-capek mengejar bikin masalah, mending cari mangsa baru.
Gerbang Masuk Pantai Cibuaya (Dokpri)
Sekitar limabelas menit dari gerbang saya tiba di tepi pantai, berkeliling sejenak lalu berhenti di depan rumah makan yang menghadap ke pantai. Cuaca hari itu sangat panas jadi agak malas juga turun ke pantai. Setelah makan siang kesorean (sekitar jam empat) selesai, kami lanjutkan perjalanan menuju pantai Cibuaya untuk menuju tempat penangkaran telur penyu. Kondisi jalan masih tanah dengan perkerasan, sebagian sudah diaspal namun permukaannya masih kasar.
Petugas Melepas Tukik Dikelilingi Penonton (Dokpri)
Kami tiba di tempat penangkaran tepat menjelang pelepasan tukik alias bayi penyu ke laut pukul 17.30 WIB. Setelah memarkirkan mobil, kami sekeluarga berlari menuju pantai yang terletak jauh dari tempat parkir.Â
Ratusan Tukik Siap Dilepas ke Laut (Dokpri)
Petugas rupanya sudah mulai melepas tukik disertai dengan pengumuman untuk tidak terlalu mendekat agar tukik-tukik tersebut dapat berlari menuju laut lepas.
Ratusan tukik yang dilepas tampak berlarian di sela-sela penonton yang mencoba untuk mengambil gambar dari jarak dekat. Untungnya tak satupun terpijak kaki penonton sehingga mereka bisa berenang di laut lepas.
Tukik-Tukik Berlarian Menuju Laut Lepas (Dokpri)
Konon katanya dari ratusan tukik tersebut, hanya beberapa saja yang bakal kembali 25 tahun kemudian. Tukik merupakan makanan empuk bagi ikan-ikan besar di laut, atau tikus pantai dan burung. Oleh karena itu perlu adanya perlindungan dengan membuat tempat penangkaran khusus agar telur penyu dapat ditetaskan dengan aman tanpa gangguan sebelum dilepas ke laut.Â
Tempat Penangkaran Telur Penyu (Dokpri)
Sementara penyu betina menetaskan telurnya malam hari di atas jam dua, dan paginya telur-telur tersebut dibawa ke tempat penangkaran untuk ditetaskan.
Jejak Langkah Tukik Menuju Laut Lepas (Dokpri)
Setelah semua tukik tenggelam masuk ke dalam lautan, para penonton tidak langsung beranjak dari pantai karena menunggu matahari terbenam alias sunset. Posisi pantai yang menghadap ke barat memang pas untuk ber-selfie ria sambil membidik momen terbaik saat mentari terbenam.Â
Pantainya sendiri masih relatif bersih dibanding pantai lain di sekitarnya untuk menjaga kenyamanan penyu yang akan bertelur di malam hari. Jadi sekali datang dua sensasi terlampaui, melihat pelepasan tukik sekaligus menanti sunset.
Sunset di Ujung Genteng (Dokpri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya