Seperti halnya kota-kota modern di dunia, Tokyo juga dipenuhi belantara beton yang menjulang tinggi menjemput langit. Namun di tengah belantara beton tersebut masih terpelihara dengan baik taman-taman kota yang memberikan udara segar dan mempercantik pemandangan kota. Salah satunya adalah East Garden of Imperial Palace yang merupakan bagian dari istana kerajaan Jepang. Lokasinya berada kurang dari satu kilometer sebelah barat stasiun Tokyo dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki atau naik kereta bawah tanah.
Saya sendiri menyempatkan mampir ke taman tersebut sambil menunggu kereta yang membawa ke bandara. Pesawat yang mengantar saya kembali ke Jakarta baru akan terbang pada pukul setengah dua siang, sementara dari Tokyo ke Narita butuh waktu sekitar satu jam naik kereta ekspress. Artinya saya masih punya waktu sekitar dua jam sebelum berangkat dari stasiun Tokyo ke bandara. Daripada bengong di hotel kapsul mending saya jalan-jalan di sekitar stasiun. Pilihan jatuh ke East Garden Imperial Palace karena gerbang inilah yang terdekat dari stasiun.
Belantara Beton di Depan East Garden (Dokpri)
Sayangnya saya datang kepagian sehingga harus menunggu sekitar limabelas menit sebelum gerbang dibuka pukul sembilan pagi. Sambil menunggu saya keliling dan mengambil foto beberapa gedung pencakar langit yang berada di sekitar taman. Tampak sangat kontras pesandangannya antara gedung tinggi pembentuk hutan beton dengan taman yang berasal dari pepohonan dan tanaman alami. Namun justru itulah tumbuh keharmonisan serta keseimbangan tata ruang dimana bangunan penutup bentang alam menyatu dengan ruang terbuka hijau.
Gerbang Masuk Masih DIkunci (Dokpri)
Parit Pelindung Benteng (Dokpri)
Petugas berulang kali memantau jam tangan untuk memastikan membuka gerbang tepat pukul sembilan pagi. Saking tepat waktunya hingga hitungan detikpun dipantau oleh petugas tersebut sehingga mengundang tawa sebagian pengunjung yang sabar menanti gerbang dibuka. Tepat pukul sembilan pagi versi jam tangan petugas gerbang dibuka dan pengunjung dengan tertib memasuki gerbang taman. Baru kali ini selain di bandara barang bawaan pengunjung diperiksa petugas. Maklum taman ini termasuk obyek vital yang harus dijaga ketat oleh petugas.
Gerbang Utama Taman (Dokpri)
Papan Petunjuk Taman (Dokpri)
Begitu masuk kita langsung disuguhi berbagai tanaman yang menghiasi taman di kanan jalan, sementara tembok besar berdiri kokoh melindungi taman dari serangan musuh. Dekat gerbang terdapat toko suvenir yang memanfaatkan bangunan bekas rumah penjaga. Saya terus berjalan mengikuti rambu petunjuk yang terpampang jelas di depan pintu masuk. Di dalam taman ternyata terdapat tembok besar yang merupakan lapis kedua dari tembok lingkar luar yang dikelilingi parit besar. Jadi taman ini dilindungi oleh dua lapis tembok besar sehingga benar-benar aman dari serangan musuh kala itu.
Pepohonan Asri Penghuni Taman (Dokpri)
Rumah Penjaga Benteng (Dokpri)
Luasnya taman membuat saya harus memilih rute tercepat untuk keluar dari pintu berbeda yang terletak di sebelah timur laut
benteng. Akibatnya ada beberapa sudut taman yang luput dari kunjungan padahal justru disitulah terletak pusat kegiatan utama di taman tersebut. Tak terasa sudah hampir satu jam berjalan-jalan di dalam taman sehingga saya harus segera keluar agar tidak terlambat menuju stasiun. Buat para pelancong yang sedang menunggu keberangkatan kereta atau pesawat lebih dari dua jam, taman ini sangat direkomendasikan untuk dikunjungi daripada sekedar duduk-duduk di dalam stasiun saja.
Benteng Lapis Kedua (Dokpri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya