Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melongok Jepang Tradisional di Miyajima

31 Oktober 2017   10:46 Diperbarui: 1 November 2017   00:20 1996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Torii Ciri Khas Miyajima (Dokpri)

Jepang dikenal sebagai negara modern di benua Asia disamping Korea Selatan dan Tiongkok. Namun demikian ternyata ada juga sebuah pulau yang masih memelihara tradisi Jepang kuno yaitu Pulau Miyajima yang terletak di sebelah selatan Hiroshima. Waktu yang masih cukup panjang membuat saya penasaran untuk berkunjung ke pulau tersebut karena jaraknya tidak terlalu jauh dari Hiroshima.

Stasiun Miyajimaguchi (Dokpri)
Stasiun Miyajimaguchi (Dokpri)
Dari kota Hiroshima saya naik kereta komuter selama 21 menit menuju stasiun Miyajimaguchi yang merupakan kota transit sebelum menyeberangi pulau. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan kapal ferry selama sekitar 15 menit menyeberangi selat Onoseto yang memisahkan Miyajima dengan Pulau Honshu. Angin cukup kencang berhembus di geladak kapal perlu ekstra hati-hati memegang hape atau kamera agar tidak jatuh ke laut. Namun ombak yang tidak terlalu kencang membuat perjalanan menjadi nyaman tanpa goncangan berarti.

Kapal Ferry (Dokpri)
Kapal Ferry (Dokpri)
Dari kejauhan sudah tampak gerbang Torii yang terkenal karena berada di tengah laut kala pasang tiba. Gerbang tersebut merupakan pintu masuk menuju kuil Itsukushima dari arah laut. Namun kita tidak perlu khawatir karena ternyata terdapat pintu dari arah daratan sehingga tidak perlu menggunakan kapal untuk memasuki kuil. Tak jauh dari gerbang Torii kapal ferry merapat di pelabuhan Miyajima untuk menurunkan penumpang dan kendaraan serta memuat penumpang dan kendaraan yang hendak kembali ke daratan Jepang.

Gerbang Pulau Miyajima (Dokpri)
Gerbang Pulau Miyajima (Dokpri)
Keluar dari gerbang pelabuhan saya langsung menuju ke arah kuil yang berada di sebelah kanan (selatan) pelabuhan. Di depan pelabuhan terdapat taman yang disinggahi rusa-rusa yang berkeliaran di sekitar pulau. Kalau tidak mau capek sebenarnya bisa naik becak yang dihela manusia dari depan, bukan digenjot seperti di negeri kita. 

Namun kurang asyik rasanya kalau tidak menikmati jalan yang nyaris tidak dilalui kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor hanya boleh melalui jalan tertentu dan waktu tertentu saja sehingga udaranya relatif lebih segar bercampur dengan angin laut sepoi-sepoi.

Pulau Miyajima (Dokpri)
Pulau Miyajima (Dokpri)
Di sepanjang jalan banyak terdapat kios penjual souvenir dan kuliner khas Jepang serta penginapan. Kondisinya mirip seperti di Gili Trawangan karena jalannya masih berupa tanah berpasir. Setelah berjalan sekitar 20 menit saya tiba di depan gerbang kuil Itsukushima, namun karena panjangnya antrian saya lanjutkan perjalanan ke arah bukit. Kita seperti digiring kembali pada suasana masa lampau dimana terdapat rumah-rumah tradisional khas Jepang dipadu dengan jalan setapak dan aliran sungai yang jernih.

Kuil Itsukushima (Dokpri)
Kuil Itsukushima (Dokpri)
Selain kuil Itsukushima, disini juga terdapat beberapa obyek wisata lain seperti bukit Misen, Miyajima aquarium, Daiganji, dan Daisho-in Temple. Obyek wisatanya terletak relatif berdekatan satu sama lain dalam satu kawasan sehingga cukup dikunjungi dengan berjalan kaki atau naik becak. Butuh waktu sekitar 4-5 jam untuk mengelilingi Miyajima di luar bukit Misen karena harus naik kereta gantung lagi atau berjalan kaki selama sekitar dua jam.

Becak Dihela Manusia (Dokpri)
Becak Dihela Manusia (Dokpri)
Setelah puas berkeliling kota, saya sempatkan membeli beberapa jenis oleh-oleh seperti alat pembuat shusi, garukan, dompet, dan hiasan khas Miyajima. Oh ya, bagi yang kehabisan uang Yen Jepang bisa menukar di money changer otomatis yang berada dekat dengan kantor pos. Hebatnya mesin penukaran uang tersebut juga menerima mata uang Rupiah disamping mata uang top lainnya.

Kuliner Khas Jepang (Dokpri)
Kuliner Khas Jepang (Dokpri)
Cukup melelahkan juga berjalan kaki selama tiga jam lebih, namun karena harus kembali ke stasiun sore hari saya segera kembali ke pelabuhan untuk menuju Hiroshima. Uniknya terdapat dua perusahaan ferry dan dua jenis kereta api yang melayani rute Hiroshima ke Miyajima, masing-masing memiliki pelabuhan, stasiun, dan jalur rel sendiri. Bagi pemegang JR Pass hati-hati untuk tidak salah memasuki stasiun dan pelabuhan ferry.

Bangunan Tradisional (Dokpri)
Bangunan Tradisional (Dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun