Semakin banyaknya turis yang ingin berkunjung ke India membuat bandara New Delhi dan beberapa kota besar lainnya jadi membludak, sehingga perlu alternatif kota-kota yang lebih kecil untuk menampung limpahan turis tersebut. Tiruchirappalli atau lebih keren disebut Trichy menjadi salah satu pintu masuk ke India, dan sebagai insentif harga tiket dari Jakarta atau Kuala Lumpur jauh lebih murah daripada langsung ke New Delhi.
Bandara Internasional Trichy (Dokrpi)
Strategi ini cukup tricky karena selain mengurangi tumpukan turis di utara India, juga sebagai sarana promosi India Selatan yang relatif kurang diminati turis. Kesan pertama memang benar-benar murah karena saya dapat harga hanya 2,1 Juta Rupiah PP dari Jakarta! Sementara bila mendarat di New Delhi paling murah 4,5 Juta Rupiah PP. Namun kalau kita memaksakan ke New Delhi, paling tidak keluar sekitar 3 Juta Rupiah lagi untuk naik pesawat di dalam negeri. Bila ingin murah bisa menggunakan kereta api yang hanya berharga sekitar 1 Juta Rupiah untuk kelas termurah PP, namun butuh waktu 2 hari sekali jalan, sehingga terpaksa harus mampir di beberapa kota agar tidak rugi tidur di kereta.
Trichy sendiri merupakan kota transit dari arah Madurai atau India paling selatan menuju ke arah Chennai atau ke arah utara. Tidak banyak tempat
wisata yang bisa dilihat di sini, namun ada satu kompleks candi terbesar yang patut untuk dikunjungi, yaitu
Sri Ranganathaswamy Temple. Di sini terdapat beberapa candi dalam satu kompleks yang dijelaskan lebih detil
disini. Dari terminal Chatram bisa naik bis dengan ongkos hanya 3 Rupee saja, padahal dengan bajaj bisa 100 Rupee. Kita menyeberangi sungai Kaveri yang merupakan salah satu sungai terbesar di selatan India, menuju sebuah pulau kecil di tengah sungai untuk mencapai kompleks candi tersebut.
Pintu Masuk Kompleks Candi (Dokpri)
Kita harus menitipkan sandal di tempat penitipan secara gratis dan memasuki gerbang dengan scan. Agak ke dalam kita diminta membayar tiket masuk 50 Rupee, sementara untuk foto dikenakan 20 Rupee dan diantar pemandu untuk mengambil foto kompleks candi dari atas. Pemandu akan menunjukkan spot foto dari berbagai sudut, dan biasanya akan meminta tips setelah selesai mengambil foto. Bentuk candinya memang unik dan berbeda dengan di Asia Tenggara, yaitu berbentuk undakan tinggi namun pipih sebagai ciri khas candi Dravida yang dibangun oleh suku
Tamil di selatan India. Akan tetapi ada spot yang tidak boleh difoto yaitu gajah yang ada di dalam candi. Butuh waktu sekitar satu jam untuk mengelilingi daleman candi, namun karena gelap tidak semua bisa difoto.
Kumpulan Menara Candi (Dokpri)
Setelah puas berkeliling candi, saya kembali ke terminal bis Chatram dan coba menuju Rock Fort Temple yang letaknya tak jauh dari situ. Namun karena cukup lumayan mendaki, saya urungkan niat untuk naik ke atas bukit batu. Untungnya hotel tempat saya menginap mempunyai roof top yang menghadap ke Rock Fort, jadi kita bisa mengambil foto dari jauh sepuasnya. Masih banyak candi-candi lain dengan ukuran lebih kecil, namun mengingat waktu terbatas hanya dua candi itulah yang sempat saya kunjungi. Namun secara umum namanya candi bentuknya hampir mirip, hanya lokasinya saja yang berbeda, jadi tak perlu harus dikunjungi semua.
Rock Fort Temple (Dokpri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya