Saya termasuk beruntung menjadi salah satu orang pertama yang menjajal kemegahan (katanya) Terminal 3 Ultimate pada tanggal 9 Agustus 2016 lalu. Ekspektasi besar terlintas di kepala manakala taksi yang mengantar saya memasuki gerbang terminal 3. Tampak model luarnya seperti Bandara Sepinggan Balikpapan dengan ukuran lebih besar, dan terdapat jembatan yang menghubungkan tepi jalan tempat menurunkan penumpang dengan gedung terminal. Sayangnya belum semua pintu dibuka, baru pintu 3 dan 4 saja sepertinya, namun malah dibumbui asesoris mobil tua yang tidak perlu.
Pajangan Mobil Tua di Depan Pintu Masuk (Dokpri)
Begitu masuk, seperti biasa
scanner X Ray langsung memeriksa barang bawaan, dan petugas dengan sigap mengecek setiap penumpang yang melewati gerbang X Ray. Antrian tidak terlalu panjang karena saya mengambil penerbangan malam dan tiba di terminal sekitar pukul 19.30 malam. Konter
check in berbentuk pulau (
island) masih dalam taraf uji coba (
soft opening) dan baru konter domestik Garuda yang dibuka. Cukup luas area
check in namun sebagian besar ditutup karena masih dalam tahap finishing. Papan petunjuk juga belum banyak sehingga beberapa penumpang tampak bingung menuju gerbang perlepasan (
boarding gate).
p-20160809-193631-57ad8c085b7b610514c2f76e.jpg
Papan Petunjuk yang Masih Terbatas (Dokpri)
Akhirnya saya menemukan
 gerbang perlepasan yang tersembunyi di antara tutupan
finishingÂ
counter check in dan toko-toko yang belum buka. Tampaknya bakal ada banyak mesin scanner X-Ray, namun baru sekitar 3 baris saja yang dibuka, satu untuk kelas bisnis atau Sky Priority Garuda. Setelah melalui pemeriksaan kedua, saya menuju Garuda Excecutive Lounge untuk menjajal ruang barunya. Ternyata kita harus sedikit memutar jauh untuk menuju lounge, dan di dalamnya juga bentuknya memanjang sehingga agak jauh mengambi makanan dari bangku paling depan. Menu makanannya tidak jauh beda dengan lounge lama di terminal 2, demikian pula susunan meja dan buffet-nya, hanya pengaturan kursinya jadi memanjang akibat bentuk lorong tadi.
Konter Pemeriksaan di Gerbang Perlepasan (Dokpri)
Kita harus turun menuju gerbang perlepasan yang sudah dibuka dari Gate 11 hingga 20, sisanya masih dalam penyelesaian akhir di sana sini dan ditutup seng. Bangku-bangkunya agak terbuka dan tidak ada batas antar pintu (
gate), persis sama dengan Bandara Sepinggan atau Sultan Hasanuddin. Ada yang unik dari bangku-bangkunya, selain warnanya hijau seperti tampak di bawah ini, ada juga bangku santai yang bisa membuat kita tertidur nyenyak. Secara umum ruang tunggunya luas sekali dan berbentuk memanjang dari ujung ke ujung. dengan konter makanan atau kafe di bagian belakangnya.
Ruang Tunggu Keberangkatan Terminal 3 (Dokpri)
Kekacauan mulai terjadi ketika komputer belum sepenuhnya terkoneksi dengan jaringan, sehingga pemeriksaan
boarding pass dilakukan secara manual. Penerbangan banyak
delay bahkan hingga 3 jam lebih, padahal sebagian pesawat sudah siap di landasan. Sepertinya masih kurang koordinasi antara pesawat dengan bagian
gate sehingga timbul kekacauan saat boarding. Saya sendiri hampir satu jam
delay karena jumlah petugas kurang sementara penumpang mulai ramai berteriak-teriak sudah dua jam lebih belum berangkat.
Bangku Santai untuk Tidur (Dokpri)
Dua kali pesawat tujuan Makassar yang saya tumpangi seharusnya boarding pukul 21.00 diundur menjadi 21.30 kemudian 22.00. Akhirnya kami diberangkatkan juga, tapi tidak melalui garbarata namun turun ke bawah diantar bus. Disini kembali terjadi kekacauan karena supir bus bingung di gate berapa pesawat tujuan Makassar menanti. Nyaris terjadi tabrakan antara bus dengan travelo yang mengantar penumpang bisnis karena bingung hendak parkir menurunkan penumpang. Setelah beberapa kali komunikasi melalui HT, akhirnya supir menemukan pesawat posisinya agak tersembunyi di balik garbarata.
Delay Menyebabkan Kekacauan di Gate (Dokpri)
Satu persatu kamipun naik ke pesawat, dan untuk memastikan saya kembali bertanya pada pramugari apakah pesawat ini tujuan Makassar. Setelah diyakinkan baru saya masuk ke pesawat, dan berakhirlah derita akibat pemindahan terminal. Namun kesemrawutan belum usai ketika pesawat hendak lepas landas. Tampak pesawat lain parkir tidak teratur sehingga agak mengganggu jalannya pesawat menuju
taxi way. Untunglah malam hari tidak terlalu banyak penerbangan sehingga tidak sampai setengah jam pesawat sudah lepas landas.Â
Boarding Belum Menggunakan Garbarata (Dokpri)
Rasanya kita tidak belajar dari kasus Brexit, dimana infrastruktur yang belum sepenuhnya siap akan mengganggu kenyamanan pengguna jasa
bandara. Kita selalu ingin buru-buru menyelesaikan masalah, tapi lupa bakal menimbulkan masalah lain di luar dugaan. Untunglah uji coba bandara tidak jadi dilakukan tanggal 20 Juni sebelum lebaran. Kalau dipaksakan, bakal terjadi Brexit jilid dua di bandara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya