Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Di Padang, Warung Tutup Tanpa Sweeping

22 Juni 2015   21:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:40 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pertama puasa saya habiskan saat berdinas ke Sumatera Barat, tepatnya di Kota Padang setelah berkeliling dari Bukittinggi hingga Pasaman Barat. Satu hal yang membuat saya kagum adalah pada hari pertama puasa hampir semua warung makan tutup. Dan lebih mengagetkan lagi yang tutup bukan hanya warung makan saja, tapi juga toko-toko di tepi jalan yang tidak menjual makananpun ikut tutup. Hari pertama puasa benar-benar terasa hawanya, walau panas menyengat tapi tetap tegar menahan lapar dan haus.

Jalanan Lengang Pada Hari Pertama Puasa

Saya sempat kesulitan mencari tukang fotokopi yang buka di siang hari, sekaligus mencari alat tulis untuk survey. Demikian pula ketika ban mobil agak kempes, susah sekali mencari tukang tambal ban yang buka pada hari pertama puasa itu. Bahkan di simpang empat arah ke Solok yang biasanya ramai, sebagian besar warung-warung non makanan pada tutup termasuk tukang tambal ban. Suasana hari pertama puasa di Padang benar-benar sunyi, khidmat, dan jalanan relatif lengang dari hari biasanya.

Warung Makanan dan Non Makanan Tutup

Supir rental yang saya sewa menceritakan bahwa untuk menghormati awal puasa, sebagian toko maupun kantor mengizinkan libur bagi para karyawannya. Kedai makanan sudah pasti tutup di siang hari, baru buka sore hari menjelang waktu berbuka, itupun tidak boleh makan ditempat, hanya melayani bungkus saja. Budaya saling menghormati bulan puasa masih ada disini tanpa harus dipaksakan apalagi sampai terjadi sweeping seperti yang terjadi di ibukota negara selama ini. Seperti kata pepatah setempat, adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah.

Tambal Banpun Ikut Tutup

Alangkah indahnya suasana bulan puasa di Padang seandainya bisa ditularkan ke daerah lain, apalagi ibukota negara yang menjadi barometer keberagaman. Budaya saling menghormati tetap berjalan tanpa harus melalui paksaan, apalagi ancaman sweeping yang menciptakan ketakutan, bukan segan apalagi hormat. Bulan puasa menjadi rahmat bagi setiap orang tanpa ada yang merasa tersiksa karenanya. Semoga apa yang kami lihat di Padang juga dapat terus dipertahankan, tidak mengalami degradasi seperti di daerah lain yang cenderung mulai permisif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun