Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

No Future, So What?

29 November 2009   10:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:09 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nonton iklan Kick Andy untuk Jumat 4 Desember 2009? Dalam episode tersebut, diceritakan banyak orang kita sukses di luar negeri dan tidak mau pulang ke negerinya sendiri. Mengapa? Jawaban mereka sederhana: No Future, So What?

Betul, mereka sekolah tinggi-tinggi hingga setingkat Doktor, kembali ke Indonesia cuma jadi tukang ketik. Mau bikin penelitian tidak punya anggaran, mau mengajar gajinya masih pas-pasan walaupun sudah dinaikkan setiap tahunnya. Kadang-kadang, saking tingginya sekolah, malah dimusuhi lingkungan tempat kerjanya, karena akan menjadi 'saingan' baru dalam karir. Mereka dianggap menyodok karir sesamanya yang merintis dengan susah payah dari bawah, namun tidak sekolah hingga setinggi itu. Oleh karena itu wajarlah apabila sebagian dari mereka kembali lagi ke luar negeri, bahkan tidak pulang kala mendengar cerita dari koleganya yang sempat pulang.

Di sisi lain, di negeri kita banyak orang sukses secara materi tanpa harus sekolah tinggi-tinggi. Hal ini menyebabkan orang malas sekolah tinggi, karena selain biayanya semakin mahal akibat UU BHMN, juga belum tentu memeroleh penghasilan yang sesuai, syukur-syukur bisa menutupi biaya kuliahnya. Lebih baik lulus SMA, berdagang atau berwiraswasta, memerkerjakan lulusan S1 dan S2, punya duit, selesai. Tidak perlu jadi orang pintar untuk berwirausaha, yang penting kemampuan membaca peluang, cerdas, jujur, serta komitmen yang dapat menjadi pegangan klien. Pemerintah kita sepertinya memang tidak berniat menjadikan rakyatnya pandai, karena upaya ke arah tersebut seperti dipersulit, mulai dari biaya sekolah mahal, penghargaan terhadap kepandaian rendah, sehingga menghalangi potensi orang untuk maju.

Akhirnya yang terjadi adalah brain drain, larinya orang-orang pintar dan pandai ke luar negeri. Sementara yang tetap tinggal disini hanyalah orang-orang yang tersisa, yang tidak memedulikan lagi kepandaian, yang penting dapat uang banyak, apakah dengan cara berdagang atau menjadi makelar/calo berbagai hal. So What Gitu Loh??

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun