Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Hanya Pressing yang Bisa Mengalahkan Jerman

10 Juli 2014   17:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:45 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin hari permainan Jerman semakin impresif, terlihat dari kolektivitas tim yang semakin padu antar lini tanpa mengandalkan pemain bintang. Bukti sahih dari impresifnya permainan Jerman terlihat ketika menenggelamkan ambisi Brasil untuk menjadi juara keenam kalinya di tanah sendiri dengan skor fantastis, 7-1! Dan empat gol tercipta hanya dalam hitungan enam menit menunjukkan betapa rapuhnya pertahanan Brasil menghadapi kolektivitas Jerman yang memainkan bola dari kaki ke kaki kemudian diselesaikan dengan sempurna menembus jala Cesar yang hanya bisa tertunduk lesu melihat gol demi gol tercipta ke dalam gawangnya.

Jerman sangat mudah menang bila bertemu tim dengan karakter menyerang seperti Brasil dan Portugal atau tim lemah seperti Arab Saudi dan Australia pada PD 2002 dan 2010. Namun begitu bertemu tim dengan pressing tinggi, Jerman terlihat kewalahan. Masih belum hilang dari ingatan Piala Dunia 2010, ketika Jerman yang difavoritkan melaju ke final setelah menghajar tim dengan pola agresif seperti Inggris 4-1 di perdelapan final dan Argentina 4-0 di perempat final, takluk 0-1 oleh Spanyol yang memainkan pressing ketat dengan memerintahkan 2-3 pemain untuk mengerubungi pemain Jerman yang sedang memegang bola, sehingga tampak kebingungan hendak dioper ke mana. Hampir sama ketika di babak grup ketika bertemu Serbia, Jerman kalah 1-0 dan susah payah mengalahkan Ghana juga dengan skor 1-0.

Begitu pula pada Piala Dunia 2014, Jerman kesulitan mengalahkan Ghana dan AS di babak penyisihan grup, serta memerlukan perpanjangan waktu untuk mengalahkan Aljazair dan sedikit tertekan ketika melawan Perancis karena mereka menerapkan taktik pressing ketat ketika melawan Jerman. Pemain Jerman seperti gugup ketika ditekan oleh 2-3 pemain di depannya. Pengawalan ketat membuat pemain Jerman nyaris frustasi, dan hanya staying power-lah yang menyelamatkan Jerman dari kekalahan. Penampilan kiper Neuer yang semakin membaik juga turut andil dalam mencegah bobolnya gawang Jerman setelah bertindak sedikit ceroboh ketika melawan Ghana. Beberapa kali Neuer membuat penyelamatan gemilang, salah satunya mentip tendangan Benzema di menit akhir injury time babak kedua yang nyaris membuat pertandingan berlanjut ke babak perpanjangan waktu.

Jadi bagi Sabella, satu-satunya jalan untuk merebut Piala Dunia untuk ketiga kalinya buat Argentina adalah bermain pressing ketat seperti yang dilakukan seniornya dulu saat final Piala Dunia 1990 menghadapi lawan yang sama. Jerman (Barat) saat itu sulit keluar dari pressing Argentina walaupun sudah bermain dengan 9 orang karena kartu merah, dan hanya penalti Brehme-lah yang menerbangkan Piala Dunia ke Jerman. Empat tahun sebelumnya Argentina nyaris dibawa ke perpanjangan waktu setelah sempat unggul 2-0, kemudian berhasil disamakan skor menjadi 2-2, dan baru bisa dituntaskan sang fenomenal Maradona menuntaskan lari sejauh 65 meter melewati 5 pemain sebelum menceploskan bola ke jala Schumacher di menit ke-86.

Pressing ketat akan membuat pemain Jerman frustasi dan rentan membuat kesalahan oper yang akan memudahkan pemain Argentina merebut bola dan mengendalikan permainan. Setelah permainan dikendalikan, tinggal menunggu momen untuk mencetak gol, baik melalui serangan balik atau memanfaatkan bola mati akibat kesalahan yang dibuat pemain lawan karena rasa frustasi tadi. Bermain menyerang hanya akan menjadi bumerang bagi Argentina seperti terjadi pada PD 2010 dimana terjadi pembantaian 4-0 oleh lawan yang sama dengan materi pemain yang hampir sama pula. So, kita lihat strategi apa yang digunakan Sabella hari Minggu malam, mengingat Loew sepertinya tidak akan mengubah strategi bermain kolektif yang ditunjukkan pada enam pertandingan sebelumnya. Memang pertandingan dengan pressing ketat menjadi tidak menarik, tapi apa boleh buat, demi gelar juara, meminjam strategi Mourinho, apapun bisa dilakukan, tidak peduli apakah pertandingan jadi membosankan atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun